SHOLAT JUMAT 
DENGAN DUA ADZAN.
Oleh : Buya Yahya (Pengasuh
LPD Al-Bahjah – Cirebon)
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العلمين, وبه نستعين على أمور
الدنيا والدين, وصلى الله على سيدنا محمد وآله صحبه وسلم أجمعين. وقال رسول الله
صلى الله عليه وسلم :  فإن خير الحديث كتاب الله وخير الهدى هدى ‏ ‏محمد ‏وشر
الأمور ‏ ‏محدثاتها ‏ ‏وكل بدعة ضلالة . أما بعد
Pendahulan
Adanya 2 adzan dalam
sholat jum’at adalah merupakan kesepakatan para ulama dari masa kemasa dimulai dari
masanya Sayyidina Utsman bin Affan hingga hari ini sampai munculnya pendapat
aneh yang bersebrangan dengan apa yang dijalankan oleh para ulama. Memang benar
adzan jum’at pada zaman Nabi SAW dan Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar
adalah sekali yaitu disaat khotib duduk diatas mimbar. Akan tetapi pada zaman
Sayyidina Utsman bin Affan karena semakin banyaknya kaum muslimin maka beliau
menganggap perlu untuk menambahkan adzan dari 1 adzan menjadi 2 adzan. Adzan
yang pertama untuk mengingatkan kaum muslimin bahwasanya hari itu adalah hari
jum’at agar bersiap-siap pergi ke masjid untuk melakukan sholat jum’at. Adapun
adzan yang kedua adalah untuk menunjukan bahwa sholat jum’at akan segera
dimulai. Dan hal seperti ini sudah menjadi kesepakatan para ulama dari masa
kemasa dan tidak ada ingkar sama sekali dari para sahabat Nabi SAW.
Kisah penambahan adzan
Sayyidina Utsman Bin Affan disebutkan oleh  Imam Bukhori dalam kitab
shohihnya 

  1. Hadits yang diriwayatkan dari
    Sa’ib Ibn Yazid beliau berkata :
عن السائب بن يزيد -رضي
الله عنه- قال: “كَانَ النِّدَاءُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوَّلُهُ إِذَا جَلَسَ
الإِمَامُ عَلَى الْمِنْبَرِ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ -صلى الله عليه وسلم-
وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ -رضي الله عنهما- فَلَمَّا كَانَ عُثْمَانُ -رضي الله عنه-
وَكَثُرَ النَّاسُ زَادَ النِّدَاءَ الثَّالِثَ عَلَى الزَّوْرَاءِ” . رواه
البخاري
Artinya : “Seruan
adzan di hari jum’at mula-mula hanya di saat imam duduk di atas mimbar, hal ini
terjadi pada zaman Nabi SAW dan zaman Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq dan
Sayyidina Umar bin Khotob. Pada zaman Sayyidina Utsman bin Affan saat
orang-orang semakin banyak maka Sayyidina Utsman menambahkan adzan yang ke tiga
yaitu di zauro” (HR. Bukhori)
Zauro’ adalah satu
tempat yang suaranya bisa sampai ke pasar-pasar.

    2. Hadits yang di riwayatkan oleh
Az-Zuhri beliau berkata :
    عن الزهري قال: سمعت
    السائب بن يزيد -رضي الله عنه- يقول: “إِنَّ الأَذَانَ يَوْمَ الجُمُعَةِ
    كَانَ أَوَّلُهُ حِينَ يَجْلِسُ الإِمَامُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ عَلَى المِنْبَرِ في
    عهد رسول الله -صلى الله عليه وآله وسلم- وأبي بكر وعمر -رضي الله عنهما-، فلما كان
    في خلافة عثمان -رضي الله عنه- وكثروا أمر عثمان يوم الجمعة بالأذان الثالث، فأذن
    به على الزوراء، فثبت الأمر على ذلك”. رواه البخاري
    Artinya : “Dari Zuhri
    beliau berkata sesungguhnya aku mendengar Sa’ib Ibn Yazid berkata :
    Sesungguhnya adzan pada hari jum’at mula-mula diadakan saat imam duduk diatas
    mimbar pada hari jum’at pada zaman Nabi SAW, Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq dan
    Sayyidina Umar bin Khotob. Pada masa kekholifahan Sayyidina Utsman bin Affan
    saat kaum muslimin semakin banyak maka Sayyidina Utsman memerintahkan menambah
    satu adzan yakni adzan yang ketiga yang dikumandangkan di Zauro’, maka setelah
    itu seperti itulah ketetapan adzan di dalam sholat jum’at.”
    Imam Bukhori menyebut
    adzan yang ketiga karena secara istilah  iqomat juga disebut sebagai adzan
    seperti yang disabdakan Nabi SAW.
    بين كل أذنين نافلة لمن
    شاء
    Artinya : “Antara 2
    adzan ada sholat sunnah yang sunnah untuk dilakukan bagi yang mau melakukan”.
    Rasulullah menyebut
    adzan dan iqomat dengan istilah 2 adzan.
    Yang bisa di fahami
    dari dua riwayat dari Imam Bukhori adalah  adzan dalam jum’at yang semula
    hanya ada 2 yakni adzan dan iqomat saja, kemudian ditambah oleh Sayyidina
    Utsman dengan 1 adzan, seperti disebutkan oleh Imam Bukhori dengan istilah
    adzan yang ketiga, maka adzan dalam jum’at adalah adzan pertama, adzan kedua
    dan iqomah.
    Ibn Hajar Al-Asqolani
    di dalam Fathul Bari Juz 2 hal 394 berkata :
    “والذي يظهر أن الناس أخذوا بفعل عثمان
    في جميع البلاد إذ ذاك؛ لكونه خليفةً مطاعَ الأمر”
    “Yang bisa di fahami
    sesungguhnya orang-orang telah melakukan dengan apa yang dilakukan Sayyidina
    Utsman di setiap negeri pada waktu itu karena beliau adalah seorang kholifah
    yang harus dipatuhi perintahnya”.
    Dan sungguh mematuhi
    Sayyidina Utsman adalah hakikat sunnah Nabi SAW seperti yang disabdakan Nabi
    SAW dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ibnu Hibban dan Imam Hakim.
    من يعش منكم بعدي فسيري
    إختلافا كثيرا فعليكم بسنتي وسنة الحلفاء المهد يين الراشدين  .
     “Siapapun yang hidup setelahku maka
    akan melihat perbedaan yang banyak, maka hendaknya kalian semua berpegang
    kepada sunnahku dan sunnah para Kholifah Ar-Rosyidin.”
    Dan itulah yang
    dipahami oleh para sahabat Nabi SAW sehingga pada zaman Sayyidina Utsman 
    2 adzan dalam sholat jum’at adalah merupakan Ijma atas kesepakatan para ulama
    dari masa Sayyidina Utsman bin Affan hingga hari ini. Hingga munculah pendapat
    yang berbeda yang seolah-olah mereka lebih tau tentang sunnah Nabi kemudian
    berani mengatakan jum’at dengan 2 adzan adalah bid’ah, maka pendapat seperti
    itu adalah pendapat yang tidak bisa dianggap sama sekali.  Artinya yang
    membid’ahkan 2 adzan adalah membid’ahkan para sahabat-sahabat Nabi yang mulia
    dan sungguh benar apa yang disabdakan Nabi SAW,
    إن أخر هذه الأمة يلعن
    أولها أخرها . حديث صحيح   . رواه ابن ماجه
     “Sesungguhnya umat akhir dari umat
    ini akan melaknat para pendahulu-pendahulunya”. (HR. Ibnu Majah).
    Terbukti sabda Nabi
    SAW pada zaman akhir ini ada orang yang membid’ahkan para salaf dan para
    sahabat Nabi SAW.
    Mungkin ada yang
    bertanya, Bukankah sholat jum’at sudah ada pada zaman Nabi SAW ? Akan tetapi
    kenapa pada zaman Nabi adzan hanya dikumandangkan sekali kemudian di saat
    datang Sayyidina Utsman menjadi 2 kali ? Jawabannya adalah seperti yang
    disebutkan dalam riwayat Imam Bukhori di atas sebabnya adalah orang-orang
    semakin banyak pada zaman Sayyidina Utsman dan kota Madinah semakin melebar.
    Dalam masalah ini
    sungguh tidak akan menjadi masalah bagi orang yang mengerti  sunnah Nabi
    dan bagaimana berpegang pada sunnah Nabi SAW. Dan sudah menjadi maklum bagi
    ulama  dari para sahabat Nabi bahwa berpegang kepada Khulafa Ar-Rosyidin
    adalah juga berpegang pada sunnah Nabi SAW.
     Dari itulah
    kenapa para sahabat Nabi SAW bersepakat mengikuti Sayyidina Utsman 
    padahal para sahabat Nabi juga banyak dari para ulama selain Sayyidina Utsman.
    Sungguh mereka tidak mengikuti sahabat Utsman kecuali karena benarnya apa yang
    dilakukan oleh Sayyidina Utsman Bin Affan Ra.
    Waktu Adzan yang
    Pertama dan Jarak Antara Adzan yang Pertama dan Kedua.
    Masalah jangka waktu
    antara adzan pertama dan kedua tidak ada ketentuannya, hanya dikira-kira
    sekedar  agar kaum muslimin bisa bergegas mempersiapkan sholat jum’at.
    Adapun waktu adzan
    awal para ulama berbeda pendapat, sebagian mengatakan sebelum masuk waktu
    dhuhur sebagian lagi mengatakan setelah masuk waktu dhuhur. Dan perbedaan
    seperti ini bagi mereka para ulama sangat sederhana sebab intinya untuk
    mengingatkan orang-orang agar bersiap-siap dan bergegas pergi ke masjid .
    Pendapat Ulama Saudi.
    Berikut ini kami akan
    menukil pendapat tokoh-tokoh dari Saudi yang sebetulnya kami tidak perlu
    mendatangkan pendapat-pendapat mereka karena dalam buku-buku kitab ahli sunnah
    wal jama’ah 4 madzhab sudah diterangkan dengan jelas dan gamblang tanpa ada
    keraguan sedikit pun bahwa ulama telah bersepakat bahwa adzan dalam sholat
    jum’at adalah dengan 2 adzan.
    Akan tetapi setelah
    munculnya fitnah pembid’ahan terhadap 2 adzan atau membid’ahkan adzan tambahan
    Sayyidina Utsman. Maka kami perlu untuk menghadirkan pendapat tokoh-tokoh dari
    Saudi agar orang-orang yang mengingkari 2 adzan tersebut bisa membaca. Karena
    kebanyakan dari mereka yang mengingkari 2 adzan  banyak berkiblat kepada
    para tokoh-tokoh dari Arab Saudi.  Dan dengan sengaja kami nukil dengan
    bahasa arabnya secara utuh barang kali ada sebagian pembaca yang mengerti
    bahasa arab agar bisa membacanya sendiri. Dan fatwa-fatwa tersebut juga kami
    nukil secara utuh tanpa kami kurangi sedikitpun
    Yang pertama datang pertanyaan kepada Syaikh Abdul
    Aziz Bin Abdullah Bin Baz  tentang kapan disyariatkannya 2 adzan dan
    bagaimana adzan tambahan yang bid’ah ini bisa terjadi di Saudi dan bagaimana
    orang Saudi melakukan bid’ah.


    Syaikh Abdul Aziz Bin
    Abdullah Bin Baz  menjawab dan jawaban ini juga dikeluarkan oleh lembaga
    fatwa terpercaya dikalangan mereka yaitu Al Lajnah Ad Daimah Lil Buhust Al
    ‘Ilmiyah Wal Ifta’ dan juga Fatwa ini bisa di dapat dalam kumpulan
    risalah-risalah Syaikh Abdul Aziz Bin Baz  jilid 12.
    Fatwa tersebut
    berbunyi :
    ثبت عن رسول الله صلى
    الله عليه وسلم أنه قال: “عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين،
    فتمسكوا بها وعضوا عليها بالنواجذ” الحديث، والنداء يوم الجمعة كان أوله حين
    يجلس الإمام على المنبر في عهد النبي صلى الله عليه وسلم وأبي بكر وعمر رضي الله
    عنهما، فلما كانت خلافة عثمان وكثر الناس أمر عثمان رضي الله عنه يوم الجمعة
    بالأذان الأول، وليس ببدعة لما سبق من الأمر باتباع سنة الخلفاء الراشدين، والأصل
    في ذلك ما رواه البخاري والنسائي والترمذي وابن ماجة وأبو داود واللفظ له:
    عن ابن شهاب أخبرني
    السائب بن يزيد أن الأذان كان أوله حين يجلس الإمام على المنبر يوم الجمعة في عهد
    النبي صلى الله عليه وسلم وأبي بكر وعمر رضي الله عنهما، فلما كان خلافة عثمان
    وكثر الناس أمر عثمان يوم الجمعة بالأذان الثالث فأذن به على الزوراء فثبت الأمر
    على ذلك، وقد علق القسطلاني في شرحه للبخاري على هذا الحديث بأن النداء الذي زاده
    عثمان هو عند دخول الوقت، سمَّاه ثالثاً باعتبار كونه مزيداً على الأذان بين يدي
    الإمام والإقامة للصلاة، وأطلق على الإقامة أذاناً تغليباً بجامع الإعلام فيهما،
    وكان هذا الأذان لما كثر المسلمون فزاده عثمان رضي الله عنه اجتهاداً منه، ووافقه
    سائر الصحابة بالسكوت وعدم الإنكار، فصار إجماعا سكوتياً
    Artinya : ”Telah benar
    riwayat dari Rosululloh SAW sesungguhnya Rosululloh bersabda : “Hendaknya
    engkau berpegang dengan sunnah ku dan sunnah Khulafa Ar-Rosyidin yang telah
    mendapatkan petunjuk. Maka  berpeganglah dengan sunnah tersebut dengan
    sungguh-sungguh. 
    Seruan adzan jum’at
    mula-mula diadakan saat imam duduk di atas mimbar pada zaman Nabi SAW,
    Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq dan Sayyidina Umar bin Khotob. Pada  zaman
    Sayyidina Utsman bin Affan kaum muslimin semakin banyak. Maka Sayyidina Utsman
    memerintahkan menambah adzan yang pertama dalam sholat jum’at dan ini bukanlah 
    BID’AH seperti
    yang telah disebutkan yaitu adanya perintah dari Nabi untuk mengikuti sunnah
    para Khulafa Ar-Rosyidin.
    Dan landasan
    permasalahan ini adalah apa yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori, Imam Nasa’i,
    Imam Tirmidzi dan Imam Abu Dawud. (Dan lafadz hadits ini diambil dari Abu
    Dawud)
    Diriwayatkan dari Ibnu
    Syihab beliau berkata : Telah memberikan kabar kepadaku Sa’ib ibn Yazid :
    sesungguhnya adzan itu mula-mula adalah pada saat imam duduk di mimbar pada
    hari jum’at pada zaman Nabi Saw, zaman Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq dan zaman
    Sayyidina Umar bin Khotob. Pada masa kekholifahan Sayyidina Utsman tatkala
    orang-orang semakin banyak Sayyidina Utsman memerintahkan pada hari jum’at agar
    diadakan adzan yang ke 3 yang kemudian dikumandangkan adzan di Zauro’. Dan
    setelah itu menjadi tetap lah permasalahan ini seperti itu.
    Imam Asqotolani
    mengomentari hadits ini dalam Syarah Bukhorinya : “Sesungguhnya adzan yang diadakan
    Sayyidina Utsman  saat masuknya waktu diberi nama dengan adzan ketiga
    karena dianggap sebagai tambahan dari adzan dihadapan imam (diatas mimbar) dan
    iqomah untuk sholat. Iqomah di dalam sholat juga di sebut dengan istilah adzan.
    Dan adzan (tambahan) ini
    ditambakan oleh Sayyidina Utsman saat kaum muslimin menjadi banyak, hal seperti
    ini merupakan Ijtihad dari beliau, dan ijtihad ini disetujui para sahabat Nabi
    SAW tanpa ada ingkar sama sekali dari mereka. Maka hal semacam ini sudah
    menjadi Ijma atau kesepakatan (Ijma Sukuti)”.
    Yang kedua Fatwa Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin
    dalam kitab Syarah Mumti’ juz 6 hal 162.
    Teks Fatwa tersebut
    sebagai berikut  :
    ولكن يجب أن نعلم أنّ
    عثمان ـ رضي الله عنه ـ أحد الخلفاء الراشدين الذين أمرنا باتباع سنتهم، فإن لم
    ترد عن النبي صلّى الله عليه وسلّم سنة تدفع ما سنه الخلفاء، فسنة الخلفاء شرع
    متبع، وبهذا نعرف أن الأذان الأول يوم الجمعة سنة بإثبات النبي صلّى الله عليه
    وسلّم ذلك بقوله: «عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين» ، أما من أنكره من
    المُحدَثين، وقال: إنه بدعة وضلل به عثمان ـ رضي الله
    عنه ـ فهو الضال المبتدع؛
    لأن عثمان رضي الله عنه
    سنَّ الأذان الأول بسبب لم يوجد في عهد النبي صلّى الله عليه وسلّم، ولو وجد سببه
    في عهد الرسول صلّى الله عليه وسلّم ولم يفعله النبي صلّى الله عليه وسلّم لقلنا:
    إن ما فعله عثمان -رضي الله عنه- مردود؛ لأن السبب وجد في عهد النبي صلّى الله
    عليه وسلّم ولم يسن النبي صلّى الله عليه وسلّم فيه شيئاً، أما ما لم يوجد في عهد
    الرسول عليه الصلاة والسلام السبب الذي من أجله سنَّ عثمان -رضي الله عنه- الأذان
    الأول فإن سنتَهُ سنةٌ متبعةٌ، ونحن مأمورون باتباعها
    Artinya : “Akan tetapi
    wajib untuk kita mengetahuinya bahwa sesungguhnya Sayyidina Utsman bin Affan
    adalah salah satu dari Khulafa Ar-Rosyidin yaitu orang-orang yang kita
    diperintahkan untuk mengikuti sunnah mereka.


    Jika tidak ada riwayat
    dari Nabi SAW satu sunnah yang menolak (bertentangan) dengan sunnah para
    Khulafah, maka menjadi pasti sunnah para khulafah tersebut adalah Syariat yang
    harus di ikuti.
    Atas dasar inilah kita
    bisa mengetahui sesungguhnya adzan yang pertama pada hari jum’at adalah sunnah
    dengan pengukuhan dari Nabi SAW di dalam sabdanya : “Hendaknya engkau berpegang
    pada sunnah ku dan sunnah para Khulafa  Ar-Rosyidin”


    Adapun orang yang
    mengingkari dari orang-orang baru (akhir zaman) yang mengatakan adzan ini
    adalah bid’ah kemudian mengatakan Sayyidina Utsman adalah bid’ah, sesungguhnya
    mereka sendirilah ORANG-ORANG YANG SESAT DAN AHLI BID’AH. Sebab
    sesungguhnya Sayyidina Utsman mengadakan adzan yang pertama karena sebab yang
    tidak ada pada zaman Nabi SAW. Seandainya sebab yang ada pada zaman Sayyidina
    Utsman  juga ada pada zaman Nabi kemudian Nabi tidak melakukannya tetapi
    Sayyidina Utsman melakukannya niscaya kami akan sependapat dengan mereka dan
    apa yang dilakukan Sayyidina Utsman harus ditolak. Adapun sebab yang tidak ada
    pada zaman Nabi kemudian adanya pada zaman Sayyidina Utsman dan Sayyidina
    Utsman melakukan atas dasar sebab tersebut seperti adzan yang pertama ini maka
    sesungguhnya itulah sunnah yang di ikuti dan kita pun diperintahkan untuk
    mengikutinya”.)
    Kesimpulan.
    Kaum muslimin dan
    muslimat ini adalah sekelumit dari pencerahan untuk menghindarkan dari
    fitnah-fitnah yang ada di masjid-masjid masyarakat kita. Dan mari kita semua
    kembali kepada sunnah Khulafa Ar-Rosyidin dengan mempertahankan  adzan
    jum’at dengan 2 adzan dan bagi masjid yang adzannya hanya ada satu kali kita
    kembalikan menjadi 2 adzan yang itu semua adalah demi kepatuhan kita kepada
    ulama, Khulafa Ar-Rosyidin dan kepada Rosululloh SAW.


    Dan bisa disimpulkan
    sebagai berikut :


    1. Adzan jum’at dengan 2 adzan
      adalah kesepakatan para sahabat Nabi dan para ulama dari masa kemasa.
    2. Munculnya pendapat yang berbeda
      dengan ini yaitu pendapat yang membid’ahkan sholat jum’at dengan 2 adzan
      adalah pendapat yang aneh dan hanya menimbulkan fitnah di tengah
      masyarakat.
    3. Mari kita membaca ilmu dengan
      penuh keinsyafan Semoga Allah SWT memberikan hidayah kepada kita semua.
    Wallahu a’lam Bish-showab.                          
    Penulis Ulang : Muhammad Shulfi bin Abunawar
    Al ‘Aydrus.

    محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *