BEGITU PENTINGNYA SANAD
DALAM ISLAM
.
Definisi Sanad.
“Sanad” adalah
bahasa arab yang berasal dari kata dasar sanada, yasnudu (
يسند سند),
artinya: “sandaran” atau “tempat bersandar” atau “ tempat berpegang” atau
berarti “yang dipercaya” atau “yang sah”, sebab hadits itu selalu
bersandar padanya dan dipegangi atas kebenarannya.
Sedang menurut istilah ialah:
السند هو سلسلة
الرجال الموصولة للمتن
Sanad ialah silsilah matarantai orang-orang yang menghubungkan kepada
matan hadits.
الأخبار عن طريق
المتن
“pemberitaan
tentang jalan (yang dilalui) matan”
السند هو سلسلة
الرواة الذين نقلوا المتن عن صدره الأول
Sanad  ialah matarantai para perawi yang memindahkan hadits dari
sumbernya yang pertama.
Adapun definisi sanad menurut buku yang disusun oleh Drs. H. Mudasir yaitu:
Kata sanad menurut bahasa adalah sandaran atau sesuatu yang
dijadikan sandaran. Dikatakan demikian, karena setiap hadits selalu bersandar
kepadanya. Adapun tentang arti sanad menurut istilah, terdapat rumusan
pengertian. Al-Badru bin Jamaah dan At-Tiby mengatakan
bahwa sanad adalah:
الأخبار عن
طريق المتن
 “Berita tentang jalan matan”
Sebagaimana ulama ada yang mendefinisikan:
سلسلة الرجال
الموصلة للمتن
        
“Silsilah
orang-orang (yang meriwayatkan hadits), yang menyampaikannya pada matan
hadits”.

Ada juga ulama yang mendefinisikan:
سلسلة الرواة الذين
نقلوا المتن عن مصدره الأول
“Silsilah para
perawi yang menukilkan hadits dari sumbernya yang pertama”.
Dari definisi di atas, maka yang dimaksud dengan istilah ”silsilah
orang” ialah susunan atau rangkaian matarantai
 orang-orang yang menyampaikan materi
hadits tersebut, mulai dari yang disebut pertama sampai kepada Rasulullah Saw.,
dimana semua perbuatan, ucapan, pengakuan dan lainnya merupakan suatu materi
atau matan hadits.
Oleh sebab itu, yang dinamakan sanad hanyalah yang berlaku pada sederetan
matarantai orang-orang, bukan dari sudut pribadi secara perorangan, sebab
sebutan untuk perorangan yang menyampaikan hadits adalah perawi atau rawi.
Pentingnya Sanad Ilmu.
Dari Abdullah ibn Mas’ud
ra., Rasulullah saww. bersabda:
خَيْرُ
النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
 “Sebaik-baik manusia adalah (yang hidup) di
zamanku, kemudian orang-orang setelahnya, kemudian orang-orang setelahnya”.
(HR. Bukhari, No. 2652, Muslim, No. 6635).
Rasulullah saww.
bersabda, “Barangsiapa menguraikan Al Qur’an dengan akal pikirannya sendiri
(tanpa guru) dan merasa benar, maka sesungguhnya dia telah berbuat kesalahan.”.
(HR. Ahmad)
Dari Ibnu
‘Abbas r.a. berkata Rasulullah saww. bersabda, “di dalam agama itu tidak ada
pemahaman berdasarkan akal pikiran, sesungguhnya agama itu dari Tuhan,
perintah-Nya dan larangan-Nya.” (HR. Ath Thabarani)
Ibnul
Mubarak berkata :
الإِسْنَادُ مِنَ الدِّيْنِ وَلَوْلاَ الإِسْنَادُ لَقَالَ مَنْ شَاءَ مَا
شَاءَ
”Sanad merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan
karena sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa saja yang mau dengan apa saja
yang diinginkannya.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Muqoddimah kitab
Shahihnya 1/47 No. 32)
Dari Ibnu
Abbas ra., Rasulullah saww. Bersabda :
وَمَنْ قَالَ فِى الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ
النَّارِ
”Barangsiapa
yang berkata mengenai Al-Qur’an tanpa ilmu maka ia menyediakan tempatnya
sendiri di dalam neraka.”. (HR.At Tirmidzi)
Imam Malik
ra. berkata : “Hendaklah seseorang penuntut itu hafalannya (matan hadith dan
ilmu) daripada ulama, bukan daripada Suhuf (lembaran)”. (Al-Kifayah oleh Imam
Al Khatib m/s 108)
Imam Asy
Syafi’i ra. mengatakan : “Tiada ilmu tanpa sanad.”.
Imam Asy
Syafi’i ra. juga berkata : “Baransiapa yang bertafaqquh (coba memahami agama)
melalui isi kandungan buku-buku, maka dia akan mensia-siakan hukum (kefahaman
sebenar-benarnya).”. (Tazkirah As-Sami’e: 87)
berkata Imam
Asy Syafi’i ra. : “Orang yang belajar ilmu tanpa sanad guru bagaikan orang yang
mengumpulkan kayu bakar digelapnya malam, ia membawa pengikat kayu bakar yang
terdapat padanya ular berbisa dan ia tak tahu” (Faidhul Qadir juz 1 hal 433)
Berkata pula
Imam Ats Tsauri ra. :

الإسناد سلاح
المؤمن فإذا لم يكن معه سلاح فبأي سلاح يقاتل
“Sanad adalah senjata orang mukmin, maka bila kau
tak punya senjata maka dengan apa kau akan berperang?”,
berkata pula
Imam Ibnul Mubarak : “Pelajar ilmu yang tak punya sanad bagaikan penaik atap
namun tak punya tangganya, sungguh telah Allah muliakan ummat ini dengan
sanad.”. (Faidhul Qadir juz 1 hal 433).
Al-Qodhi Abu Bakar Al-Arabi berkata di dalam kitabnya Siroojul
muridin hal : 80 :
والله أكرم هذه الأمة بالإسناد، لم يعطه أحد غيرها، فاحذروا أن
تسلكوا مسلك اليهود والنصارى فتحدثوا بغير إسناد فتكونوا سالبين نعمة الله عن
أنفسكم، مطرقين للتهمة إليكم، وخافضين المنزلتكم، ومشتركين مع قوم لعنهم الله وغضب
عليهم، وراكبين لسنتهم.
“ Allah memuliakan umat ini dengan isnad yg tdk diberikan pada
selain umat ini. Maka berhati-hatilah kalian dari mengikuti jalan Yahudi dan
Nashoro shingga kalian berbicara (tentang ilmu) tanpa sanad maka kalian menjadi
orang yang mencabut nikmat Allah dr diri kalian, menyodorkan kecurigaan,
merendahkan kedudukan dan bersekutu pd kaum yang Allah laknat dan murkai “
Al-Hafidh
Imam Ats Tsauri ra. mengatakan : “Penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan orang
yang ingin naik ke atap rumah tanpa tangga.”.
Bahkan Al
Imam Abu Yazid Al Bustamiy ra. berkata :
من لا شيخَ له؛ فشيخُه الشيطان
“Barangsiapa tidak memiliki susunan guru dalam
bimbingan agamanya, tidak ragu lagi niscaya gurunya syetan.”. (Tafsir Ruhul-Bayan
Juz 5 hal. 203)
Asy Syeikh
As Sayyid Yusuf Bakhour Al Hasani menyampaikan bahwa : “maksud dari
pengijazahan sanad itu adalah agar kamu menghafazh bukan sekadar untuk
meriwayatkan tetapi juga untuk meneladani orang yang kamu mengambil sanad daripadanya,
dan orang yang kamu ambil sanadnya itu juga meneladani orang yang di atas di
mana dia mengambil sanad daripadanya dan begitulah seterusnya hingga berujung
kepada kamu meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dengan
demikian, keterjagaan al-Qur’an itu benar-benar sempurna baik secara lafazh,
makna dan pengamalan.“.
Sheikh Ibn
Jama’ah berkata : “Sebesar-besar musibah adalah dengan bergurukan sahifah
(lembaran-lembaran atau buku).”. (Ibn Al-Jama’ah: 87 dan dinukilkan dalam
Muqoddimah Syarh Al-Maqawif 1/90)
Imam
Badruddin ibn Jama’ah : “Hendaklah seseorang penuntut ilmu itu berusaha
mendapatkan Syeikh yang mana dia seorang yang menguasai ilmu-ilmu Syariah
secara sempurna, yang mana dia melazimi para syeikh yang terpercaya di zamannya
yang banyak mengkaji dan dia lama bersahabat dengan para ulama’, bukan berguru
dengan orang yang mengambil ilmu hanya dari lembar kertas dan tidak pula
bersahabat dengan para syeikh (ulama’) yang agung.”. (Tazkirah As-Sami’ wa
Al-Mutakallim 1/38)
dan Nabi juga
memerintahkan supaya berpegang tegung pada jamaah mayoritas
,
Dari Anas
bin Malik ra berkata : “Aku mendengar Rasulullah saww. bersabda : “Sesungguhnya
umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan, oleh karena itu, apabila kalian
melihat terjadinya perselisihan, maka ikutilah kelompok mayoritas.”. (HR. Ibnu
Majah No. 3950, Abd bin Humaid dalam Musnad-nya (1220) dan Ath Thabarani dalam
Musnad Al Syamiyyin (2069).
Wallahu a’lm
bishshowab.

Itulah
beberapa hadits dan dalil-dalil tentang pentingnya menuntut ilmu dengan berguru
dan bersanad.

Website :
http://shulfialaydrus.blogspot.co.id/ atau
https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram :
@shulfialaydrus
Instagram Majelis
Nuurus Sa’aadah : @majlisnuurussaadah
Twitter :
@shulfialaydrus dan @shulfi   
Telegram :
@habibshulfialaydrus
Telegram Majelis Nuurus
Sa’aadah : @majlisnuurussaadah
Pin BBM : D45BD3BE
Pin BBM Channel Majelis
Ta’lim Nuurus Sa’aadah : C003BF865
Facebook :
https://www.facebook.com/habibshulfialaydrus/
Group Facebook :
Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/
Donasi atau infak atau
sedekah.
Bank BRI Cab. JKT
Joglo.
Atas Nama : Muhamad
Shulfi.
No.Rek :
0396-01-011361-50-5.
Penulis : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al
‘Aydrus, S.Kom.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *