Dalil dan Hukum Talqin Mayit.
Menurut
bahasa, talqin artinya : Mengajar, memahamkan secara lisan.
Sedangkan
menurut istilah, talqin adalah : Mengajar dan mengingatkan
kembali kepada orang yang sedang naza’ atau kepada mayit yang baru saja dikubur
dengan kalimat-kalimat tertentu.
Hukum
Talqin.
Orang
dewasa atau anak yang sudah mumayyiz yang sedang naza’ (mendekati
kematian) itu sunat ditalqin dengan kalimat syahadat, yakni
kalimat laa ilaaha illallah. Dan sunat pula mentalqin mayit yang baru
dikubur, walaupun orang itu mati syahid, apabila meninggalnya sudah
baligh, atau orang gila yang sudah pernah mukallaf sebelum dia
gila.
Adapun mentalqin mayit tidaklah wajib atau
fardhu. Hukum mentalqin mayyit adalah sunnah. Dan waktunya setelah mayit
dikuburkan. Tempat mentalqin adalah di atas pekuburan, di mana si mulaqqin
(orang yang mentalqin) itu duduk menghadapkan muka mayit, di atas kubur, dan
orang-orang lainnya dari pada pengiring mayit berdiri sekeliling kubur. Jika
sekiranya mayit tidak ditalqinkan, tidaklah orang yang tahu atas kematiannya
itu menjadi berdosa. Karena hukumnya hanya sunnat. Dan tidak perlu kuburan
digali kembali, sedang kesunnatan talqin adalah mayyit setelah dikuburkan.
Mungkinkah
Mayit yang Sudah dikubur Bisa Mendengar Ucapan Orang yang Mentalqin?
Di
Indonesia memang ada sebagian umat Islam yang tidak setuju mayit ditalqin.
Alasan mereka, menurut akal kita mayit yang sudah ada di kuburan itu tidak
mampu lagi mendengarkan ucapan orang yang ada di alam dunia. Mereka
mengemukakan dalil dari Al-Qur’an :
إِنَّكَ لا تُسْمِعُ الْمَوْتَى
Sesungguhnya kamu tidak dapat
menjadikan orang-orang yang mati mendengar
. (QS. An Naml (27) : 80)
وَمَا أَنْتَ
بِمُسْمِعٍ مَنْ فِي الْقُبُورِ
Dan
kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang didalam kubur dapat
mendengar. (QS. Fathir (35) : 22)
Kepada
mereka perlu kita beri pengertian mengenai hal yang berkenaan dengan masalah Talqin.
Di
dalam ajaran Islam itu ada hal-hal yang
berdasarkan tauqifi (petunjuk dari Nabi), Artinya walau pun
secara rasional hal itu tidak mungkin terjadi, namun karena Nabi SAW.
memberi petunjuk bahwa hal tersebut bisa terjadi, maka kita wajib menerimanya.
وكل
ما أتى به الرسول    فحقه التسليم والقبول
[عقيدة العوام للشيخ أحمد
المرزوقي]
“Semua hal/ajaran yang
dibawa Rasulullah SAW. maka hal itu harus dibenarkan dan diterima”.
Kedua
ayat yang meraka kemukakan, itu tidak menerangkan tentang larangan talqin
mayit, akan tetapi berisi keterangan bahwa orang kafir itu telinga hatinya
sudah mati, berpaling/tidak menerima apa-apa yang didakwahkan oleh Nabi kepada
mereka.
Uraian
ini sesuai dengan keterangan yang ada dalam kitab Tafsir Munir :
قوله
تعالى : إنك لا تسمع الموتى ولا تسمع الصم الدعاء إذا ولوا مدبرين أي أنهم لفرط
إعراضهم عما يدعون إليه كالميت الذي لا سبيل إلى إسماعه. اهـ [تفسير منير 2/133]
Firman
Allah yang artinya : “sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikam
orang-orang yang mati mendengar dan tidak pula menjadikan orang yang tuli
mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling” jelasnya karena kaum
kuffar sudah berpaling dari apa yang didakwahkan kepada mereka, maka mereka itu
seperti orang yang sudah mati”.
قوله
: وما أنت بمسمع من في القبور أي وما أنت يا أشرف الخلق بمفهم من هو مثل الميت
الذي في القبور. اهـ [تفسير منير 2/202]
“Firman Allah yang
artinya : “dan kamu sekali-kali tidak sanggup menjadikan orang yang
di alam kubur dapat mendengar” jelasnya : hai
Muhamad, makhluk yang paling mulia, kamu tidak bisa memberi
pengertian kepada orang yang seperti mayit yang ada dalam kubur.
Dengan
kata lain, Nabi Muhammad SAW. tidak dapat memberi petunjuk kepada
orang-orang musyrikin yang telah mati hatinya.
Dalil-Dalil Tentang
Disunatkannya Talqin.
Mengenai kesunatan talqin Zainuddin Al
Malibari dalam Fathul Mu’in berkata:
وتلقين بالغ ولوشهيدا كما اقتضاه اطلاقهم
خلافاللزركشى بعد تمام دفن
Dan disunnatkan mentalqin
mayit dewasa, dan sekalipun ia syahid. Sebagaimana kehendak orang yang
diithlaqkan mereka. (Kitab Fathul Mu’in – Asy Syeikh Zainuddin Al Malibari,
Hal.97, Penerbit Darul Kutub Al Islamiyah)
Menurut As Sayyidul Bakri dalam halaman yang
sama:
وذلك لقوله تعالى: وذكر فان الذكرى تنفع
المؤمنين. واجوج مايكون العبد الى التذكير فى هذه الحالة
Dan yang demikian itu
karena firman Allah swt: dan beri ingatlah, maka sesungguhynya peringatan itu
berguna bagi orang-orang yang beriman. Dan yang paling dihajati hamba Allah
kepada peringatan adalah dalam keadaan seperti ini.
Hadits Nabi sebagaimana yang
diterangkan dalam kitab I’anatut Thalibin :

يندب التلقين بعد تمام دفنه لخبر : العبد إذا وضع في قبره وتولى وذهب أصحابه حتى
أنه يسمع قرع نعالهم أتاه ملكان. الحديث اهـ [إعانة الطالبين 2/140]
Disunatkan
mentalqin mayit setelah sempurna penguburannya, karena ada hadits : Ketika
mayit telah ditempatkan di kuburnya dan teman-temannya sudah pergi
meninggalkannya sehingga dia mendengar suara sepatu mereka, maka datanglah dua
malaikat kepadanya.
Dan sebuah hadits yang menerangkan tentang
talqin diantaranya adalah riwayat Rosyid bin Sa’ad dari Dlamrah bin Habib, dan
dari Hakim bin Umari, ketiga-tiganya berkata:
اذا سوي على الميت قبره وانصرف الناس عنه كانوا
يستحبون ان يقال للميت عند قبره يافلان قل لااله الا الله اشهد ان لااله الا الله
ثلاث مرات يافلان قل ربي الله ودينى الاسلام ونبيى محمد صلى الله عليه وسلم ثم
ينصرف (رواه سعيد بن منصور فى سننه)
Apabila telah diratakan atas mayit akan
kuburnya dan telah berpaling manusia dari padanya adalah mereka para sahabat
mengistihbabkan (menyunatkan) bahwa dikatakan bagi mayit pada kuburnya: Ya
fulan: katakanlah La Ilaha Illallah, Asyhadu alla Ilaha Illallah, tiga kali.
Hai Fulan katakanlah: Tuhanku Allah, Agamaku Islam dan Nabiku Muhammad saw,
kemudian berpalinglah ia. Diriwayatkan oleh Sa’id bin Manshur dalam sunannya. 
إذا
مات أحد من إخوانكم فسويتم التراب على قبره فليقم أحد على رأس قبره ثم ليقل يا
فلان ابن فلانة فإنه يسمعه ثم يقول يا فلان ابن فلانة فإنه يستوي قاعدا ثم يقول يا
فلان ابن فلانة فإنه يقول أرشدنا يرحمك الله ولكن لا تشعرون. فليقل اذكر ما خرجت
عليه من الدنيا شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا عبده ورسوله وإنك رضيت بالله
وبالإسلام دينا وبمحمد نبيا وبالقرآن إماما. فإن منكرا ونكيرا ياخذ كل واحد منهما
بيد صاحبه. اهـ
Apabila
salah seorang  di antara saudaramu telah meninggal dan penguburannya telah
kamu sempurnakan (ditutup dengan tanah), maka berdirilah salah seorang di
penghujung kuburnya, dan berkatalah : “hai fulan bin fulanah” maka dia bisa
mendengarnya. Kemudian berkatalah “hai fulan bin fulanah” maka dia duduk dengan
tegak. Berkatalah lagi “hai fulan bin fulanah” maka dia berkata “berilah saya
petunjuk, semoga Allah memberi rahmat kepadamu”. Akan tetapi kamu sekalian
tidak mengerti. Seterusnya katakanlah kepadanya “ingatlah apa yang kamu pegangi
sewaktu keluar dari alam dunia, yakni bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, dan bahwa kamu rela
Allah sebagai Tuhan kamu, Islam sebagai agamamu, Muhammad sebagai Nabi mu dan
Al-Qur’an sebagai imam mu. Maka sesungguhnya malaikat Munkar dan Nakir saling
berpegangan tangan mereka berdua”. (HR. Ath Thabrani)

Dan diriwayatkan pula hadits marfu’ menurut riwayat Ath Thabrani dan menurut
riwayat Abdul ‘Aziz Al Hambali dalam Asy Syafi’I bahwa Umamah berkata :

[إذا أنا مت فاصنعوا بي كما أمرنا رسول الله صلى الله
عليه وسلم أن نصنع بموتانا، أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال: إذا مات أحد
من إخوانكم فسويتم التراب على قبره فليقم أحدكم على رأس قبره ثم ليقل: يا فلان ابن
فلانة فإنه يسمعه ولا يجيب، ثم يقول: يا فلان ابن فلانة فإنه يستوي قاعداً، ثم
يقول: يا فلان ابن فلانة فإنه يقول أرشدنا يرحمك الله ولكن لا تشعرون، فليقل: اذكر
ما خرجت عليه من الدنيا شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمداً عبده ورسوله وأنك
رضيت بالله رباً وبالإسلام ديناً وبمحمد نبياً وبالقرءان إماماً فإن منكراً
ونكيراً يأخذ كل واحد منهما بيد صاحبه ويقول: انطلق بنا ما يقعدنا عند من لُقّن
حجته، قال [أي أبو أمامة]: فقال رجل: يا رسول الله فإن لم يُعرف أمه، قال: ينسبه
إلى أمه حواء، يا فلان ابن حواء
 “Apabila aku mati nanti, lakukan padaku
sepertimana yang disuruh oleh Rasulullah agar dilakukan kepada mayat,
Rasulullah telah memerintah kita dengan sabda baginda: “Apabila matinya seorang
daripada kalanganmu, maka tanahlah dan berdirilah seorang dikalangan kamusemua
pada bahagian kepala dikuburnya kemudian katakan Wahai si fulan anak si
fulanah, orang itu mendengarnya tetapi dia tidak akan menjawab, kemudian
katakan Wahai fulan anak fulanah maka dia duduk, kemudian katakan Wahai fulan
anak fulanah maka dia berkata semoga Allah merahmati kamu tetapi kamu semua
tidak merasai (apa yang telah berlaku pada si mayat), maka hendaklah dikatakan
: Ingatlah apa yang telah menyebabkan kamu dilahirkan kedunia iaitu syahadah
tiada Tuhan melainkan Allah dan Nabi Muhammad itu hambaNya dan rasulNya dan
engkau telah meredhoi dengan Allah sebagai tuhanmu dan islam itu agamamu dan
Muhammad itu nabimu dan al-quran itu petunjukmu maka malaikat mungkar dan nakir
akan mengambil tangannya lantas berkata Ayuh bersama kami bawakan kepada siapa
yang telah ditalqinkan hujahnya”.

Abu Umamah bertanya kepada Rasulullah Wahai Rasulullah! bagaimana sekiranya
tidak diketahui nama ibunya? Rasulullah menjawab “Maka hendaklah dinasabkan
kepada ibu manusia yaitu Hawwa dengan mengatakan Wahai si fulan anak Hawwa.”
(HR. Imam Al-Hafiz Thabrany Dalam kitabnya Mu’jam Soghir Wal Kabir).
Hadith
yang mengharuskan talqin diatas telah disolehkan sanadnya (ulama hadith menyatakan
hadith itu boleh digunakan) oleh Imam Muhaddith dari kalangan ulama hadith
yaitu Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqolany dalam kitab beliau berjudul At-Talkhis
Al-Habir seperti mana yang juga dibawah Kitab Al-Majmuk oleh Imam Nawawi pada
jilid 5 muksurat 243 :
وإسناده صالح وقد قواه الضياء في أحكامه
Sanad
hadith ini adalah boleh digunakan dan hadith ini telah dikuatkan oleh Imam
Al-Hafiz Ad-Dhiya dalam kitab Ahkam.
Talqin
Mayit Menurut Empat Mazhab.
Menurut
Mazhab Hanafi.



Berkata
As-Syeikh Al-Alim Abdul Al-Ghony Al-Ghonimy Ad-Dimasyqy Al-Hanafi dalam kitab
beliau berjudul Al-Lubab Fi Syarhil Kitab pada jilid 1 halaman 125 menyatakan :
وأما تلقينه (أي الميت) في القبر فمشروع عند
أهل السنة لأن الله تعالى يحييه في قبره
Manakala
hukum mentalqin mayat pada kubur adalah merupakan syariat islam disisi Ahli
Sunnah Wal Jamaah kerana Allah ta’ala menghidupkannya dalam kuburnya.
Menurut
Mazhab Maliki.
Imam
Al-Qurtuby Al-Maliky pengarang kitab tafsir terkenal telah menulis satu bab
yang khusus mengenai amalan talqin disisi Mazhab Maliki dalam kitab beliau
berjudul At-Tazkirah Bil Ahwal Al-Mauta Wal Akhiroh pada halaman 138-139 :
باب ما جاء في تلقين الإنسان بعد موته شهادة
الإخلاص في لحده
Didalam
bab itu juga Imam Qurtuby telah menjelaskan amalan talqin dilakukan oleh para
ulama islam di Qurtubah dan mereka mengharuskannya.
Menurut
Mazab Maliki.
Imam
An-Nawawi As-Syafi’i menyatakan dalam kitab beliau berjudul Al-Majmuk pada
jilid 5 halaman 303-304 :
قال جماعات من أصحابنا يستحب تلقين الميت عقب
دفنه” ثم قال: ممن نص على استحبابه: القاضي حسين والمتولي والشيخ نصر المقدسي
Telah
menyatakan oleh ramai para ulama dari mazhab Syafi’i bahwa disunatkan talqin
pada mayat ketika mengebumikannya atau menguburkanya.
Kenyataan
mazhab Syafi’i dari kitab yang sama :
وسئل الشيخ أبو عمرو بن الصلاح رحمه الله عنه
فقال: التلقين هو الذي نختاره ونعمل به
Imam
Nawawi menyatakan : Telah ditanya kepada As-Syeikh Abu Amru Bin As-Solah
mengenai talqin maka beliau menjawab Amalan talqin merupakan pilihan kita
(Mazhab Syafi’i) dan kami beramal dengannya.

Imam Abu Qosim Ar-Rofi’i As-Syafi’i menyatakan dalam kitab beliau berjudul
Fathul ‘Aziz Bi syarh Al-Wajiz tertera juga pada bawah kita Al-Majmuk oleh Imam
Nawawi pada jilid 5 halaman 242 :

ويستحب أن يُلقن الميت بعد الدفن فيقال: يا عبد الله بن
أمة الله … إلى اخره

Digalakkan
dan disunatkan mentalqin mayat selepas mengebumikannya dan dibaca : Wahai hamba
Allah bin hamba Allah…(bacaan talqin).
Menurut
Mazhab Hambali.
Imam
Mansur Bin Yusuf Al-Buhuty Al-Hambaly menyatakan hukum pengharusan talqin dalam
kitab beliau berjudul Ar-Raudul Mari’ halaman 104.
Imam
Al-Mardawy Al-Hambaly dalam kitabnya Al-Insof Fi Ma’rifatil Rojih Minal Khilaf
pada jilid 2 halaman 548-549 menyatakan :
فائدة يستحب تلقين الميت بعد دفنه عند أكثر
الأصحاب




Kenyataan
yang penting : Disunatkan hukum talqin mayat selepas mengkebumikannya disisi
kebanyakan ulama (selainnya hanya mengaruskan sahaja).
Wallahu
A’lam Bishshowwab.
(Referensi
dari berbagai sumber)
Website
http://shulfialaydrus.blogspot.co.id/ atau https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram : @shulfialaydrus
Instagram Majelis Nuurus Sa’aadah : @majlisnuurussaadah
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi
Telegram : @habibshulfialaydrus
Telegram Majelis Nuurus Sa’aadah : @majlisnuurussaadah
Pin BBM : D45BD3BE
Pin BBM Channel Majelis Ta’lim Nuurus Sa’aadah : C003BF865
Facebook : 
https://www.facebook.com/habibshulfialaydrus/
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau 
https://www.facebook.com/groups/160814570679672/
Donasi
atau infak atau sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.
Penulis
: Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.
محمد
سلفى بن أبو نوار العيدروس

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *