Contoh-contoh
Memperbanyak Niat.
Dari
Amirul Mukminin Abi Hafsh Umar bin Khattab ra. Berkata: Saya mendengar
Rasulullah saw. Bersabda: “Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada
niat dan sesungguhnya setiap orang beroleh sesuatu sesuai niatnya. Maka
barangsiapa yang hijrahnya diniatkan kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya
sampai kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa yang berhijrah demi mengejar
dunia atau demi mengejar gadis yang hendak dinikahinya maka hijrahnya sampai
kepada apa yang ditujunya.”. (Muttafaq Alaih, HR. Imam Bukhari &
Muslim). 
A.
Niat masuk dan duduk di dalam masjid. 
Imam
Ghozali Rohimahullah berkata : “Jika engkau hendak masuk atau duduk di
dalam masjid, maka engkau mampu untuk memperbanyak niat hingga  8 niat :
1.
Engkau harus berkeyakinan bahwa masjid adalah rumah Allah SWT, dan sungguh
seorang yang memasukinya berarti menziarahi Allah, karena itu niatlah
mengunjungi Allah SWT. Rasul SAW bersabda : “Barang siapa yang duduk di
dalam masjid maka ia berarti menziarahi Allah, dan kewajiban seorang yang diziarahi
(dikunjungi) adalah memuliakan peziarah tersebut.”.
2.
Niat menjalin hubungan baik dengan Allah. Allah berfirman : “Bersabarlah
kalian serta jalinlah hubungan baik dengan Allah.”.. Sebagian ulama mengatakan
: “Sebaiknya juga niat menunggu sholat setelah mengerjakan sholat.”.
3.
Niat beri’tikaf.Arti i’tikaf adalah menjaga pendengaran, penglihatan dan
seluruh anggota tubuh lainnya, dari gerakan-gerakan yang biasa dilakukan,
karena hal tersebut suatu bagian dari puasa. Rasulullah SAW bersabda :
“Kehidupan seorang pemimpin dari umatku adalah ia suka duduk dalam
masjid.”.
4.
Niat menyendiri dan menghindari hal-hal yang menyibukkannya, agar ia bisa
melazimkan tafakur dalam hal akherat, serta bagaimana ia akan menyiapkan
amal-amal untuk kehidupan akherat.
5.
Berniat meluangkan waktu dalam rangka berdzikir kepada Allah atau mendengarkan
dzikir serta memperdengarkan dzikir kepada orang lain. Rasulullah SAW bersabda
: “Barang siapa yang pergi ke masjid kemudian ia berdzikir dan mengajak
orang berdzikir  maka ia sama halnya
dengan seorang yang berjihad Fi Sabilillah.”.
6.
Niat memanfaatkan ilmu, memperingatkan orang-orang yang salah dalam sholat,
serta beramar ma’ruf dan nahi munkar, hingga dengan hal tersebut seseorang
lebih mudah dalam mengerjakan kebaikan : “Maka orang tersebut termasuk
dalam orang-orang yang mengerjakan kebaikan.”.
7.
Niat dengan duduknya di dalam masjid, ia bisa meninggalkan dosa-dosa karena
malu pada Allah, dengan cara ia perbaiki niat dalam hatinya, ucapannya dan
gerak-geriknya, hingga ia merasa malu kalau ia harus terus-menerus menerjang
perturan-peraturan Allah SWT.
8.
Niat mencari manfaat dari sesama saudara karena Allah, karena hal tersebut
merupakan keuntungan serta tabungan untuk akheratnya, dan masjid merupakan
tempat berkumpulnya orang yang mencintai karena Allah.”..
Oleh
karena itu niatkanlah seluruh amal-amal baik sesuai dengan niat-niat yang telah
di sebutkan, karena dengan keberadaan niat-niat baik tersebut suatu amal akan
menjadi semakin bersih dan akan dimasukkan dengan amal-amal orang-orang yang
dekat dengan Allah seperti halnya dengan ketiadaan niat atau kurangnya niat
suatu amal akan mengakibatkan di golongkannya amal tersebut dengan amalan
syayatin na’udzubillah min dzalik.
B.
Niat-niat memakai wewangian dan semisalnya.
Al
Habib Ahmad bin Zein Al Habsy menukil perkatan Al  Habib Abdullah bin Alwy Al Haddad di dalam
suatu kitabnya, yaitu Syarhul ‘Ainiyyah yaitu :
Engkau
harus selalu berusaha dan memperbaiki dan memperbanyak niat-niat baik pada
suatu amalan serta hendaknya engkau selalu bermuroqobah dan khusu’ kepada
Allah.
Atas
dasar perkataan Al Habib Abdullah bin Alwy Al Haddad tersebut, mengandung arti
bahwa memperbanyak niat itu tergantung pada kesungguhan seorang  hamba dalam mencari kebaikan dan keluasan
ilmunya. Karena dengan memperbanyak niat akan membersihkan dan melipatgandakan
suatu amalan.
Adapun
maksiat tidak berarti dengan niat, seperti seorang yang ghibah kepada
saudaranya yang muslim dengan niat menyenangkan hati saudaranya yang lain,
karena ghibah adalah maksiat maka niat baik tersebut tidak berarti untuk suatu
perkara maksiat.
Adapun
suatu yang mubah akan menjadi ibadah, dan orang yang mengamalkannya tergolong
sebagai Ahli Siddiq, apabila diniatkan dengan niat-niat yang baik dan
sungguh-sungguh. Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa yang memakai
wewangian karena Allah maka ia akan datang kelak di hari kiamat dengan bau yang
lebih wangi dan harum dari pada misik.”.
Berikut
ini contoh niat memakai wewangian adalah :
1.
Mengikuti sunah Rasululallah SAW di hari Jum’at.
2.
Mengagungkan dan memuliakan Masjid dengan bau wangi tersebut.
3.
Memuliakan syiar-syiar Allah dan orang-orang yang berada dalam masjid.
4.
Meyenangkan orang-orang yang duduk di sampingnya atau melewatinya.
5.
Menghindari bau-bau busuk yang mengganggu orang lain.
6.
Menjaga seorang dari ghibah karena perbuatannya.Dan termasuk juga niat ketika
menggunakan wewangian adalah :
7.
Niat menguatkan akal agar akal bertambah kuat dalam memahami Agama Allah.
Seperti yang dikatakan  Imam Syafi’I RA.
: “Barangsiapa wangi baunya maka akan bertambah Akal dan fikirannya.”.
Ketahuilah
bahwa niat-niat diatas adalah niat-niat ketika memakai wewangian, akan tetapi
itu semua bisa dikerjakan bagi seseorang yang menganggap bahwa bisnis akherat
dan kehidupan akherat jauh lebih penting dan utama dari pada dunia serta
kehidupannya.  Bagi orang yang menganggap
bahwa dunia dan kehidupannya adalah segala-galanya baginya, maka ia tidak akan
bisa menjalankan niat-niat yang tersebut di atas, walaupun terlintas dalam
hatinya niat-niat tersebut.   Sebab niat
sesungguhnya adalah tujuan yang membangkitkan seseorang beramal.  Maka renungilah hal tersebut!!
C.
Niat Bershodaqoh. 
Al
Habib Muhammad bin Zein bin Sumait, salah seorang murid Al Habib Abdullah bin
Alwy Al Haddad berkata dalam hal macam-macam niat bershodaqoh dan berbagai
manfaatnya baik di dunia  maupun di
akherat, dengan perkataaan sebagai berikut : “Sebaiknya apabila seseorang
bershodaqoh ia harus berniat dengan niat-niat yang baik diantaranya :
1.
Mencari Ridho Allah SWT.
2.
Agar Allah merahmatinya, sebab dengan bershodaqoh, ia telah menyayangi dan
merahmati salah satu hamba Allah.
3.
Niat meredupkan murka Allah, apalagi di dalam shodaqoh yang dirahasiakan,
seperti yang disabdakan Baginda Besar Rasulullah SAW.
4.
Niat menjalankan perintah Allah SWT, dan mengikuti jejak Nabi Besar SAW, para
sahabat, tabi’in dan sholihin seluruhnya.
5.
Niat menghilangkan kotoran hati yaitu bakhil dengan cara mengeluarkan harta
yang dimilikinya.
6.
Niat mewakil kewajiban seluruh orang muslim (bershodaqoh).
7.
Niat dengan shodaqoh tersebut, menyambung tali silaturahim, karena Agama Islam
adalah ikatan yang menyambung seluruh orang muslim.
8.
Berniat membahagiakan saudaranya yaitu muslim yang lain, serta menghilangkan
kesusahannya, karena tidak ada ibadah yang lebih mulia dari pada hal tersebut.
9.
Niat menghilangkan kegundahan yang terdapat pada hati orang-orang faqir.
10.
Niat agar mendapatkan do’a, baik melalui perkataan, atau pebuatan orang-orang
faqir, dan berharap agar do’a yang ia lakukan untuknya diijabah oleh Allah
karena keluar dari hati yang ikhlas.
11.
Niat mententramkan hati orang lain dengan shodaqoh tersebut, karena kebiasaan
orang bila butuh sesuatu ia tidak bisa tenang dan tentram.
12.
Niat agar orang-orang yang mendapat shodaqoh bisa memperbanyak dan meningkatkan
ketaqwaan kepada Allah.   Karena jika ia
dituntut akan hal-hal lain ia tidak bisa tenang dalam ibadah.
13.
Niat agar kelak ia bisa mendapatkan syafa’at dari orang mu’min yang ia beri
shodaqoh tersebut, karena setiap mu’min mempunyai syafa’at untuk menolong yang
ia kehendaki.
14.
Niat menutupi aib orang faqir, agar ia kelak ditutupi aibnya oleh Allah SWT,
karena Rasul bersabda : “Barang siapa yang menutup aib saudaranya sesama
muslim di dunia maka ia akan ditutup aibnya oleh Allah kelak di hari kiamat.”.
15.
Niat menanamkan rasa cinta dalam hati si faqir, dengan pemberiannya tersebut,
sebab kecintaan kepada sesama muslim akan membuahkan manfaat di hari kiamat.
16.
Niat menghilangkan penyakit-penyakit hati yang kadang terdapat dalam hati
seorang faqir karena iri terhadap karunia Allah yang diberikan kepada
orang-orang kaya, dan hal tersebut disebabkan karena lemahnya iman dan
kurangnya keyakinan kepada Sang Pemberi (Al Mannan).
17.
Niat bersyukur kepada Allah dengan shodaqohnya tersebut, karena ia telah di
karuniai Allah nikmat berupa kecukupan rizki dan bisa bershodaqoh, Allah
berfirman : “Ikutilah keluarga Nabi Dawud dalam bersyukur kepada Allah.”.
18.
Niat menunaikan kewajiban terhadap orang-orang faqir karena sebagian ulama’
berkata : “Sungguh orang-orang kaya mempunyai kewajiban terhadap
orang-orang faqir dalam hal harta, selain zakat.”.
19.
Berniat agar hartanya ditambah oleh Allah, karena Rasulullah SAW bersabda :
“Sungguh harta yang dishodaqohkan tidak akan berkurang sedikitpun, akan
tetapi bertambah dan bertambah.”. Allah SWT juga berfirman : “Barangsiapa
yang menghutangi Allah (dengan cara bershodaqoh dll) maka Allah akan  melipatgandakan harta tersebut dengan sebanyak-banyaknya.”.
Dan harta yang engkau nafkahkan itu akan bertambah.  Seperti halnya do’a Nabi : “Ya Allah
gantilah harta-harta orang yang mau berinfaq dan hancurkan harta orang-orang
yang enggan bershodaqoh.”.
20.
Niat membersihkan hati dari penyakit bakhil dan membersihkan hartanya dari
barang-barang syubhat.
21.
Niat menambal kekurangan dan kealpaan dalam mencari harta, seperti halnya sujud
sahwi sebagai penambal kekurangan dalam sholat.
22.
Niat mencari pahala dari Allah dan agar diampuni dosanya, sebab Rasulullah
bersabda : “Shodaqoh bisa menghapus dosa seperti api membakar kayu
bakar.”.
23.
Niat dengan berkah shodaqoh, Allah membalas pada keturunannya dan hartanya
dengan kebaikan, sebab dalam suatu hadits Rasulullah bersabda : “Seorang
hamba tidak berbuat baik melainkan Allah akan berbuat baik pada keturunan
setelahnya.”.
24.
Niat agar Allah menolak bala’ yang akan menimpanya, seperti yang disabdakan
Nabi melalui lisan Sayyidina Anas RA. : “Bahwa bala’ tidak akan sanggup
melewati shodaqoh.”. Begitu juga Rasul SAW bersabda dalam hadist : “Sesungguhnya
shodaqoh bisa menutup 70 pintu bala’ dan keburukan.”. Keburukan atau penyakit
(bala’) pada sesuatu tidak terhitung. Misalnya, bala’ dalam badan seperti
sakit, dan semisalnya. Bala’ dalam hati seperti ragu terhadap Allah, sombong,
dengki, cinta dunia, berburuk sangka, dan selain itu dari penyakit-penyakit
hati yang menghancurkan seseorang. Dan diantara macam bala’  terbesar adalah apabila seseorang di kuasai
oleh manusia, hawa nafsu, syetan, kesedihan, dan segala sesuatu yang lain, dan
itu semua bisa dicegah dengan shodaqoh karena Allah SWT.
25.
Niat dengan shodaqoh tersebut ia bisa mencegah lisan orang faqir dari  membicarakan kejelekan dirinya.  Karena kebiasaan manusia jika ia tidak
diberi, ia akan membahas orang lain.
26.
Niat memberi contoh kepada orang lain, ketika ia bershodaqoh maka orang lain
akan ikut shodaqoh, itu jika ia selamat dari penyakit riya’.
Ketahuilah
! jika seorang yang hendak shodaqoh kemudian ia berniat sesuai yang disebutkan
diatas maka Allah pasti akan memberi pahala di setiap niat yang ia niatkan,
bahkan satu niat bisa bermacam-macam pahala. 
Dan ini sesuai sabda Rasulullah SAW yang berarti : “Shodaqoh satu
dirham lebih baik dan lebih banyak pahalanya daripada seribu dirham, dan ingatlah
karunia Allah lebih luas dari semua itu.”. 
Dan dibalik niat-niat tersebut terdapat ribuan niat yang hanya diketahui
oleh orang-orang yang dikhususkan oleh Allah, yang tidak bisa terhitung
jumlahnya, dan sedikit yang saya paparkan dari macam-macam niat itu, semuanya
adalah karunia serta anugerah Allah. 
Semoga Allah memberi manfaat kepada orang yang mendapatkan taufiq untuk
mengamalkannya, dan hanya Allah yang berkehendak untuk memberikan taufiq kepada
hamba-hambaNya.
D.
Niat Mengajarkan Ilmu dan Da’wah di jalan Allah. 
Dalam
kitab Tasbitul Fuad, disebutkan : “Dari Al Habib Abdullah bin Alwy Al
Haddad, mengenai niat yang seharusnya di niatkan oleh seorang yang mengajar
atau belajar ilmu.”.  Beliau berkata :
”Seorang yang hendak mengajarkan ilmu atau belajar sebaiknya niat dari dalam
hatinya untuk belajar dan mengajarkan ilmu, mengingat dan mengingatkan,
memanfaatkan dan memberi manfaat, mengambil faedah serta memberi faedah,
menyeru agar selalu berpegang teguh dengan Al Qur’an dan sunah Rasulullah SAW,
mengajak pada hidayah Allah, menunjukkan kebaikan karena semata-mata mencari
ridho, kedekatan, dan pahala dari Allah SWT.
Saya
(Habib Zein) katakan : “Bahwasannya sebagian arifin mengatakan :
“seharusnya seorang alim ketika mengajarkan ilmunya harus semata-mata
mencari ridho dan karena Allah, tidak ada hal lain yang ia niatkan atau
maksudkan kecuali karena Allah. Jangan karena riya’ (ingin dipuji orang) atau
sum’ah (ingin di dengar orang) atau untuk berhias belaka, atau rutinitas saja,
begitu juga jangan sekali-kali karena mencari martabat atau kedudukan serta
penghormatan dari orang lain.  Akan
tetapi ia harus niat menyebarkan ilmu karena Allah, memperbanyak ulama’,
meminimalkan kebodohan, menonjolkan Agama Allah, menjunjung tinggi sunah
Rasulullah SAW, menguatkan panji-panji Islam, membedakan halal dan haram, dan
itu semua harus benar-benar ikhlas karena Allah, dengan mengharap pahala kelak
di akherat, dan yakin dengan janji-janji Allah atas orang-orang yang alim dan
mengamalkan ilmunya, dari pahala yang dijanjikan dan serta takut atas siksanya.”.
Begitu
juga Al Imam Ghozali menyebutkan : “Bahwa, seharusnya para da’i harus
menjadikan tujuan utamanya adalah mengajak manusia berpaling dari cinta dunia
kepada cinta akherat, dari maksiat kepada ketaatan, dari rakus, tama’ terhadap
dunia kepada zuhud, dari bakhil menjadi dermawan, dari keraguan pada Allah
menjadi yakin, dari lalai menjadi ingat, dan berpaling dari tertipu, kepada
ketaqwaan.”.
E.
Niat Membaca Sholawat Atas Nabi SAW dan Keluarganya. 
Al
Habib Abdullah bin Alwy Al Haddad berkata : “Disunahkan untuk seorang yang
hendak membaca sholawat atas Rasul SAW agar membaca do’a sebagai berikut,
karena do’a tersebut mempunyai keutamaan yang sangat besar dan agung, yaitu :
اللهم
إني نويت بصلاتي هذه على النبيّ  محبة فيه,
وشوقا إليه, وتعظيما لحقه, وتشريفاله ولكونه اهلا لذلك,  فتقبلها اللهمّ بفضلك وجودك وكرمك وإحسانك,
وأزل حجاب الغفلة عن قلبي, واجعلني من عبادك الصالحين. اللهم زده شرفا على شرفه
الذي أوليته, وعزّا على عزّه الذي أعطيته, ونورا على نوره الذي منه خلقته وأعل
مقاماته في مقامات المرسلين ودرجته في درجات النبيين. وأسألك رضاك والجنّة ورضاه
يارب العالمين مع العافية الدائمة في الدين والدنيا والآخرة والموت على الكتاب
والسّنة والجماعة, وكلمة الشهادة على تحقيقها من غير تبديل وتغير.واغفر لي ما
ارتكبته بفضلك وإحسانك عليّ, إنك أنت التواب الرحيم. وصلى الله على سيدنا محمد
وآله وصحبه والتابعين أجمعين, والحمد لله رب العالمين
 
Artinya
:
“Ya
Allah dengan membaca shalawat atas Rasul SAW, saya niat karena cinta, rindu
pada Beliau, juga sebagai wujud pengagungan dan kemuliaan untuk Beliau, karena
Beliaulah yang berhak atas segalanya. Maka terimalah shalawat ini Ya Allah,
dengan kemurahanmu, kedermawananmu dan kebaikanmu. Ya Allah hapuskanlah hijab
hatiku dan jadikanlah aku termasuk dari hamba-hambamu yang sholeh. Ya Allah
tambahkanlah kemuliaan Beliau diatas kemuliaan yang telah Engkau karuniakan
kepadanya dan keluhuran yang melebihi keluhuran yang telah Engkau anugerahkan
kepadanya, serta nur diatas nur yang telah Engkau hadiahkan kepadanya, dan
tinggikan Ya Allah kedudukan Beliau di atas derajat para mursalin. Dan saya
berharap atas ridho, dan surga Engkau, begitu juga saya berharap atas ridho
Beliau Ya Rabbal ‘Alamin.  Semua itu
beserta kebaikan (‘afiyah) yang abadi baik dalam  agama, dunia serta akherat, hingga saya bisa
meninggal delam keaadaan berpegang teguh atas Al Qur’an, serta sunah Rasulullah
SAW, dengan membawa kalimat syahadat, tanpa harus terganti apalagi
berubah.  Ya Allah ampunilah dosa-dosaku
dengan kebaikan dan rahmat-Mu. Ya Allah atasku, sungguh Engkau Maha Pemberi
Taubat dan Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”.
F.
Niat Melaksanakan Perkawinan. 
Para
Ahli fiqih menyebutkan, bahwasannya sunah bagi orang yang melaksanakan
perkawinan agar niat menjalankan sunah Rasulullah SAW, menjaga pandangan,
mendambakan keturunan yang bisa memperbanyak jumlah penduduk Islam, karena
berharap mendapat kecintaan Allah dengan berusaha mendapatkan keturunan yang
bisa melanjutkan generasi manusia, dan berharap kecintaan dari Baginda Besar
Nabi Muhammad SAW dalam memperbanyak umatnya yang kelak  Rasul bangga dengan hal tersebut, mencari
manfaat sebab do’a anak yang saleh, berharap syafa’at dari seorang anak jika ia
meninggal diwaktu kecil, menjaga kehormatan istri, serta memenuhi kebutuhannya,
niat mencukupi nafaqoh istri dan anak-anak. Dan semisal niat tersebut dari pada
tujuan yang berlatar belakang Syariat Islam. Karena sesungguhnya nikah bisa menjadi
ibadah yang sangat besar dan indah dengan niat-niat tersebut, maka akan
memperoleh pahala ibadah, dan apabila ia tidak meniatkan semisal yang
disebutkan itu maka nikah akan termasuk suatu yang mubah yang tidak terdapat di
dalamnya pahala, seperti jika seorang nikah dengan niat semata-mata untuk
bersenang-senang atau untuk mendapatkan harta dan semisalnya.
Dan
di antara contoh-contoh niat ketika nikah adalah sebagai berikut.
Ia
berniat dengan mengatakan :
1.
Saya niat dengan perkawinan ini, karena mencintai Allah SWT, dan berusaha
mendapat keturunan untuk melanjutkan regenerasi manusia.
2.
Saya niat mencintai Rasulullah SAW dengan memperbanyak keturunan yang bisa
menjadi kebanggaan Beliau, karena Rasulallah bersabda : “Nikahlan kalian
dan perbanyaklah keturunan sebab aku akan membanggakan kalian di depan
umat-umat lain kelak di hari kiamat.”.
3.
Saya niat mengharap berkah dari doa yang dipanjatkan seorang anak sholeh
setelahku, dan mengharap pertolongan dari anak-anak jika mereka meninggal
ketika masih kecil.
4.
Saya niat menjaga diri dari syetan, menghilangkan kerinduan dan kecenderungan
syahwat, mencegah keburukan-keburukan, menjaga pandangan, dan mengusir was-was.
5.
Saya niat menjaga kemaluan dari perbuatan terkutuk.
6.
Saya niat menenangkan, membahagiakan diri dengan cara duduk bersama pasangan
atau
7.
Saya niat mengurangi kesusahan hati, dalam mangatur rumah, mengerjakan
pekerjaan dapur, menyapu, dan membersihkan perabotan serta mempermudah
fasilitas kehidupan.
8.
Saya niat melatih hawa nafsu dalam hal tanggung jawab sebagai pemimpin,
berusaha memenuhi  kebutuhan istri, sabar
atas akhlaqnya serta menahan kejelekan dari mereka, dan berusaha memperbaiki
akhlaq mereka, menunjukkan ke jalan kebaikan, mencari rizki halal demi mereka,
memenuhi kewajiban mendidik anak-anak dengan berharap pertolongan dari Allah.
9.
Saya niat dengan semua niat tersebut dan selainnya dari semua yang saya
curahkan. 
10.
Saya niat dengan perkawinan ini seperti yang telah diniatkan oleh para
hamba-hamba Allah yang sholeh dan ulama’ yang beramal. Ya Allah berikan taufiq
kepadaku seperti halnya Engkau memberi taufiq pada mereka.  Dan tolonglah aku seperti Engkau menolong
mereka.
(Disebutkan
oleh Imam Idrus bin Husein Al Idrus dalam kitabnya Kawakibudduriyyah)
Begitu
juga disebutkan dalam Kitab Tasbitul Fuad, dari Al Habib Abdullah bin Alwy Al
Haddad, bahwa Beliau menyebutkan tentang penyakit cacar yang menimpa banyak
anak-anak kecil ketika itu sehingga banyak dari mereka yang meninggal.  Beliau berkata : “Mungkin ini korban kematian,
disebabkan beberapa perkara, seperti 
ketidakjelasan hubungan bapak dan ibunya atau bahkan dari hasil zina,
atau disebabkan tidak peduli dengan kesucian ketika bersetubuh dan tidak
berdzikir ketika melaksanakannya.”.
Disebutkan
dalam suatu riwayat, bahwa dahulu terjadi kematian masal yang begitu cepat di
kota Mesir, sedangkan di kota tersebut ada seorang wali besar yaitu Syekh Abu
Abdillah Al Qurasyi, maka Beliau berusaha untuk meredam hal tersebut dengan
mengadahkan tangannya berdoa pada Allah, “Ya Allah dengan berkat para
wali-wali Engkau dan rahmat-Mu angkatlah bala’ musibah ini.”.  Maka seketika itu terdengar suara yang
mengatakan, “Janganlah Engkau menyesali mereka-mereka yang telah mati, karena
setiap orang yang telah kau saksikan telah meninggal sungguh mereka adalah anak
zina.”.  Maka Syekh tersebut berkeinginan
keluar dari Mesir dan menuju ke rumah Al Kholil, maka ketika Syekh sudah dekat
dengan rumah tersebut, Beliau menemui dan berkatalah Syekh tersebut dengan
perkataan, “Wahai Nabi Allah SWT aku tidak mengharap penghormatan darimu
atas kedatanganku, demi Allah aku memohon kepadamu agar engkau  memberi syafa’at dan pertolongan untuk
penduduk Mesir serta diangkat bala’ yang sedang menimpa mereka.”.  Maka Al Kholil berdoa meminta safa’at kepada
Allah dan dikabulkan oleh Allah, maka diangkatlah bala’ tersebut.
G.
Niat Bekerja (Mencari Ma’isyah Dunia). 
Ini
adalah syair yang disusun oleh Al Habib Ahmad bin Umar bin Sumait yang berisi
niat-niat dan tujuan yang menjadikan pekerjaan mancari harta sebagai suatu
ibadah :
1.
Untuk apa dan siapa? Kita mencari dunia, kalau bukan karena kita ingin
membahagiakan nabi kita, Rasulullah SAW ketika kita dikumpulkan di padang
mahsyar.
2.
Untuk apa dan siapa? Kita memburu dunia, kalau bukan karena kita berharap
memperoleh Ridho Allah dan untuk membantu Syariat Rasulullah SAW.
3.
Untuk apa dan siapa? Kita mencari dunia, kalau bukan karena kita ingin
menyambung tali silahturahmi dan menjauhi pertikaian.
4.
Untuk apa dan siapa? Kita mencari dunia, kalau bukan karena kita menginginkan
untuk membantu panji-panji Agama Islam serta menyebarluaskan Syariat Agama ini
ke seluruh pelosok, bahkan seluruh penjuru dunia.
5.
Buat apa dan siapa ? Kita berburu dunia, kalau bukan karena kita niat untuk
mendermakan harta tersebut dalam urusan belajar dan mengajar ilmu syariat
seperti membahas masalah-masalah hukum, wudhu, mandi, tayamum, hukum haid dan
najasat dan yang berkaitan dengan masalah tersebut.
6.
Untuk apa dan siapa? Kita mencari dunia kalau bukan karena untuk membantu
mereka dalam memakmurkan syiar-syiar agama baik di majlis ilmu, belajar Al
Qur’an, sholat dll, dengan harta yang kita peroleh.
7.
Buat apa dan siapa ? kita  mencari dunia,
kalau bukan karena niat untuk memperbaiki
8.
Buat apa dan siapa? Kita memburu dunia, kalau bukan karena tujuan untuk
membantu mendidik anak-anak hingga mereka dewasa dan faham, mengerti tentang
hukum Islam yang akan jadi jalan keselamatan mereka, dan itu semua merupakan
kebanggaan yang tidak tertandingi sedikitpun.
9.
Untuk apa dan siapa ? Kita mencari dunia kalau bukan karena kita ingin beramal
baik dengan dunia tersebut. Karena dunia pergi dan datang sesuai kehendak
Allah, maka hanya kedermawan yang bisa membuat harta tetap berarti walaupun
sudah tidak ada, begitu pula kebalikannya, hanya kebakhilan yang akan
menghancurkan dan membuat binasa.
Demikian
bait-bait indah yang menyimpan niat-niat istimewa dalam kita bekerja mencari
harta, semoga bisa bermanfaat bagi kita sekalian amin.
Dan
di dalam kumpulan kalam Al Habib Abdullah bin Husein bin Thohir  disebutkan, “Barang siapa yang hendak
mencari dunia maka ia harus menata dan memperbaiki niatnya terlebih dahulu
dengan tujuan apa ia bekerja?  Karena
niat jika baik maka bagaikan modal yang sangat besar.”.
Al
Habib Ahmad bin Zein Al Habsy berkata : “Saya akan mencari dunia dengan 4
syarat :
1.
Jika di gampangkan kepadaku jalan pekerjaan halal, hingga saya tidak terjerumus
dalam syubhat bahkan haram.
2.
Apabila Allah memberi taufiq kepadaku untuk mengeluarkan kewajiban-kewajiban
dalam harta seperti zakat, nafakah, dll, ketika saya berhasil memperolehnya.
3.
Jika saya tidak disibukkan olehnya sehingga meninggalkan perkara-perkara agama
seperti Sholat Jum’at, Jamaah, Majelis Ilmu, bahkan sebaliknya harta harus
membantuku untuk hal-hal tersebut.
4.
Apabila Allah memberi taufiq kepadaku di dalam mentasarufkan harta tersebut
sesuai dengan kewajiban.”.
H. Niat
Mengurus dan Menyiapkan Jenazah. 
Al
Habib Ahmad bin Zein Al Habsy berkata : “Sebaiknya jika seorang sedang
mengurus jenazah ia harus niat melaksanakan kewajiban untuk mayit,
membahagiakan orang-orang yang masih hidup dengan pekerjaan tersebut, itupun
harus dilakukan karena Allah, bukan karena imbalan-imbalan duniawi atau yang
lainnya.”.
Maka
inti dari segala sesuatu adalah niatnya, tidak bisa membedakan hal duniawi atau
ukhrowi melainkan dengan niat, dan perbuatan dhohir tidak bisa menjadi keputusan
akan hal tersebut, duniawi atau ukhrowi. 
Niat sholihah bagaikan pertolongan dari Allah, kesucian dan keikhlasan
untuk Allah, dan anugerah, pemberian dari Allah.   Bukan hanya sekedar lintasan yang terdapat
dalam hati belaka.
I.
Niat membaca Al Qur’an, Dzikir. 
Al
Habib Idrus bin Umar Al Habsy berkata : “Sebaiknya seorang yang membaca Al
Qur’an atau dzikir yang bisa menghasilkan manfaat-manfaat duniawi dan menolak
bala’ bukan menjadi niat utama, seperti yang telah disabdakan Nabi SAW,
misalnya membaca Surat Waqi’ah : “Barang siapa yang membacanya maka ia
tidak akan tertimpa kemiskinan dan semisalnya.”.  Akan tetapi yang menjadi niat utama adalah
dengan membaca Al Qur’an dan dzikir-dzikir tersebut semata-mata karena
mengerjakan perintah Allah, dan berharap pahala Allah kelak di akherat serta
niat mengibadahi Allah, maka manfaat-manfaat yang sifatnya duniawi sebagai
pengikut akan tujuan ukhrowi tersebut.
Peringatan
Barang
siapa yang tidak mampu niat-niat baik seperti yang telah disebutkan dan yang
semisalnya maka ia boleh niat dengan mengikuti para salaf, dalam arti ia niat
sesuai yang telah diniatkan oleh mereka salafussholeh.  Maka ketika ia sudah berniat sesuai
kemampuannya sebaiknya ia mengatakan : “Saya niat dengan amalan ini
seperti yang telah diniatkan Sayyidina Faqihil Muqoddam”, contohnya, atau
fulan bin fulan, dari orang-orang yang ia ketahui keluasan ilmu dan ma’rifatnya
atau kemampuannya dalam hal niat, hal ini seperti yang telah di katakan oleh Al
Habib Idrus bin Umar Al Habsy.
Peringatan
Al
Habib Abdullah bin Alwy Al Haddad menyebutkan : “Sebaiknya seseorang
berniat memberi manfaat pada dirinya sendiri dan orang lain dan orang yang
datang setelahnya.  Karena sesuai dengan
yang kita saksikan, bahwa kebanyakan orang yang hidup di zaman ini, mereka
menempati rumah-rumah orang terdahulu dan menggunkan harta-harta
mereka”.  Kemudian Beliau bercerita
: “Dahulu kala terdapat raja yang terkenal dengan nama Kaisar Anwasyarwan,
ketika Beliau sedang berjalan-jalan 
Beliau mendapati seorang kakek yang lewat usia sedang menanam pohon
kurma, maka sang kaisar merasa heran dan berkata : ” Wahai orang tua,
mengapa Engkau tanam pohon kurma ini, sedangkan Engkau sudah umur sekian dan
sudah pasti engkau tidak akan menemui pohon ini berbuah?” Maka dengan
tegas ia menjawab : “Wahai Kaisar, mereka orang-orang pendahulu kita
menanam untuk kita dan kita yang memakan hasil buahnya, dan sekarang kita
menanam, kelak mereka (orang-orang) setelah kita akan memakan dan menikmati
hasilnya!” Mendengar jawaban tersebut Sang Kaisar memerintahkan
pengikutnya untuk memberi hadiah sebesar 4 dirham, kemudaian Syekh tersebut
berkata : “Sungguh! pohon kurma tidak akan menghasilkan manfaat dan buah
kecuali setelah 10 tahun, dan pohon kurma ini cukup butuh waktu satu jam bisa
menghasilkan manfaatnya.”.  Setelah
keheranan dengan jawaban yang penuh hikmah tersebut Sang Kaisar memerintahkan
untuk memberi hadiah 4 dirham lagi dengan berkata : “Sungguh ia seorang
ahli hikmah.”. Maka Sang Kakek menyapa, “Hai Raja, ketahuilah di mana-mana
pohon kurma berbuah dalam 1 tahun hanya sekali akan tetapi pohon kurma ini
mengeluarkan hasil dalam 1 hari 2 kali.”. 
Setelah itu Sang Kaisar menyuruh pengikutnya untuk memberikan 4 dirham
lagi, dan ini yang ketiga kalinya seraya mengatakan kepada pengikutnya :
“Ayo kita cepat pergi, dari pada kita akan kehabisan uang di depan bapak
tua ini.”.
Allahu
a’lam bishawab..
Website :
http://shulfialaydrus.blogspot.co.id/ atau
https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram :
@shulfialaydrus
Instagram Majelis
Nuurus Sa’aadah : @majlisnuurussaadah
Twitter :
@shulfialaydrus dan @shulfi   
Telegram :
@habibshulfialaydrus
Telegram Majelis Nuurus
Sa’aadah : @majlisnuurussaadah
Facebook :
https://www.facebook.com/habibshulfialaydrus/
Group Facebook :
Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/
Donasi atau infak atau
sedekah.
Bank BRI Cab. JKT
Joglo.
Atas Nama : Muhamad
Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.
Penulis ulang : Muhammad Shulfi bin Abunawar
Al ‘Aydrus, S.Kom.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *