Zakat (Kitab Fathul Qorib).
                   
وَهِيَ لُغَةً النَّمَاءُ وَشَرْعًا اسْمٌ
لِمَالٍ مَخْصُوْصٍ يُؤْخَذُ مِنْ مَالٍ مَخْصُوْصٍ عَلَى وَجْهٍ مَخْصُوْصٍ
يُصْرَفُ لِطَائِفَةٍ مَخْصُوْصَة
Zakat
secara bahasa adalah berkembang. Dan secara syara’ adalah nama harta tertentu
yang diambil dari harta tertentu dengan cara tertentu dan diberikan pada
golongan tertentu.
(تَجِبُ الزَّكَاةُ فِيْ خَمْسَةِ أَشْيَاءَ
وَهِيَ
الْمَوَاشِيْ) وَلَوْ عَبَّرَ بِالنَّعَمِ لَكَانَ أَوْلَى لِأَنَّهَا أَخَصُّ
مِنَ الْمَوَاشِيْ وَالْكَلَامُ هُنَّا فِي الْأَخَصِّ
Zakat
wajib dilakukan di dalam lima perkara, Yaitu :
1.
Hewan ternak. Seandainya mushannif mengungkapkan dengan bahasa “An na’am”, maka
hal itu lebih baik karena bahasa “An na’am” itu lebih khusus cakupannya
daripada bahasa “Al mawasyi”, dan pembahasan di sini adalah di dalam binatang
ternak yang lebih khusus.
(وَالْأَثْمَانُ) وَأُرِيْدَ بِهَا الذَّهَبُ وَالْفِضَّةُ
2.
Al Atsman (mata uang). Yang dikehendaki dengan atsman adalah emas dan perak.
(وَالزُّرُوْعُ) وَأُرِيْدَ بِهَا الْأَقْوَاتُ
3.
Az zuru’ (hasil pertanian). Yang dikehendaki dengan az zuru’ adalah bahan
makanan penguat badan (makanan pokok).
(وَالثِّمَارُ وَعُرُوْضُ التِّجَارَةِ) وَسَيَأْتِيْ كُلٌّ
مِنَ الْخَمْسَةِ مُفَصَّلًا
4.
Buah-buahan dan
5.
Barang dagangan.
Masing-masing
dari kelimanya akan dijelaskan secara terperinci.
(فَأَمَّا الْمَوَاشِي فَتَجِبُ الزَّكَاةُ فِيْ ثَلَاثَةِ
أَجْنَاسٍ مِنْهَا وَهِيَ الْإِبِلُ وَالْبَقَرُ وَالْغَنَمُ
)
فَلَا
تَجِبُ فِيْ الْخَيْلِ وَالرَّقِيْقِ وَالْمُتَوَلِّدِ مَثَلًا بَيْنَ غَنَمٍ
وَظِبَاءٍ
Adapun
binatang ternak, maka wajib mengeluarkan zakat di dalam tiga jenis darinya,
yaitu onta, sapi dan kambing.
Maka
tidak wajib mengeluarkan zakat di dalam kuda, budak (hamba sahaya) dan binatang
yang lahir semisal dari hasil perkawinan kambing dan kijang.
(وَشَرَائِطُ وُجُوْبِهَا سِتَّةُ أَشْيَاءَ) وَفِيْ بَعْضِ
نُسَخِ الْمَتْنِ سِتُّ خِصَالٍ
(الإِسْلَامُ) فَلَا تَجِبُ عَلَى كَافِرٍ أَصْلِيٍّ
وَأَمَّا
الْمُرْتَدُ فَالصَّحِيْحُ أَنَّ مَالَهُ مَوْقُوْفٌ فَإِنْ عَادَ إِلَى
الْإِسْلَامِ وَجَبَتْ عَلَيْهِ وَ إِلاَّ فَلاَ
(وَالْحُرِّيَّةُ) فَلَا زَكَاةَ عَلَى رَقِيْقٍ
وَأَمَّا
الْمُبَعَّضُ فَتَجِبُ عَلَيْهِ الزَّكَاةُ فِيْمَا مَلَكَهُ بِبَعْضِهِ الْحُرِّ
(وَالْمِلْكُ التَّامُ) أَيْ فَالْمِلْكُ الضَّعِيْفُ لَا
زَكَاةَ فِيْهِ كَالْمُشْتَرَى قَبْلَ قَبْضِهِ لَا تَجِبُ فِيْهِ الزَّكَاةُ
كَمَا يَقْتَضِيْهُ كَلَامُ الْمُصَنِّفِ تَبْعًا لِلْقَوْلِ الْقَدِيْمِ لَكِنِ
الْجَدِيْدُ الْوُجُوْبُ
(وَالنِّصَابُ وَالْحَوْلُ) فَلَوْ نَقَصَ كُلٌّ مِنْهُمَا
فَلَا زَكَاةَ
(وَالسَّوْمُ) وَهُوَ الرَّعْيُ فِيْ كَلَاءٍ مُبَاحٍ
فَلَوْ
عُلِفَتِ الْمَاشِيَةُ مُعْظَمَ الْحَوْلِ فَلَا زَكَاةَ فِيْهَا
وَإِنْ
عُلِفَتْ نَصْفَهُ فَأَقَلَّ قَدْرًا تَعِيْشُ بِدُوْنِهِ بِلَاضَرَرٍ بِيِّنٍ
وَجَبَتْ زَكَاتُهَا وَإلَّا فَلاَ
Syarat
wajib zakat ternak ada enam perkara. Dalam sebagian redaksi matan diungkapkan
dengan bahasa “enam khishal”. Yaitu :
1.
Islam. Maka zakat tidak wajib bagi orang kafir asli.
Adapun
orang murtad, maka menurut pendapat yang shahih sesungguhnya hartanya dipending
dulu. Jika kembali masuk Islam, maka baginya wajib mengeluarkan zakat. Dan jika
tidak, maka tidak wajib.
2.
Merdeka, maka zakat tidak wajib bagi seorang budak.
Adapun
budak muba’ad (adalah seorang yang berstatus budak dan merdeka), maka baginya
wajib mengeluarkan zakat dari harta yang ia miliki dengan sebagian dirinya yang
merdeka.
3.
Milik sempurna. Maksudnya, milik yang lemah tidak wajib untuk dizakati seperti
barang yang di beli namun belum diterima, maka tidak wajib dikeluarkan zakatnya
sebagaimana indikasi dari ungkapan mushannif yang mengikut pada Qaul Qadim,
namun menurut Qaul Jadid wajib mengeluarkan zakat.
4.
Sudah mencapai satu nishab dan
5.
Setahun. Sehingga, kalau masing-masing kurang dari batas tersebut, maka tidak
wajib zakat.
6.
Saum (di umbar), yaitu dikembalakan di rumput yang mubah.
Seandainya
binatang ternak tersebut diberi makan dalam jangka waktu lebih lama dalam
setahun, maka tidak wajib dikeluarkan zakatnya.
Jika
binatang ternak tersebut diberi makan selama setengah tahun atau kurang dengan
kadar makanan yang mana ternak tersebut bisa hidup tanpa makanan tersebut tanpa
mengalami dampak negatif yang nampak jelas, maka wajib dikeluarkan zakatnya.
Jika tidak, maka tidak wajib dikeluarkan zakatnya.
(وَأَمَّا الْأَثْمَانُ فَشَيْآنِ:الذَّهَبُ وَالْفِضَّةُ)
مَضْرُوْبَيْنِ كَانَا أَوْ لاَ وَسَيَأْتِ نِصَابُهُمَا
(وَشَرَائِطُ وُجُوْبِ الزَّكَاةِ فِيْهَا) أَيِ الْأَثْمَانِ
(خَمْسَةُ أَشْيَاءَ الإِسْلَامُ وَالْحُرِّيَّةُ وَالْمِلْكُ التَّامُ
وَالنِّصَابُ وَالْحَوْلُ) وَسَيَأْتِيْ بَيَانُ ذَلِكَ
Adapun
atsman (mata uang), maka wajib pada dua barang yaitu emas dan perak, baik yang
sudah dicetak atau tidak. Dan nishabnya akan dijelaskan di belakang.
Syarat-syarat
wajib zakat di dalam atsman adalah lima perkara, yaitu :
1.
Islam,
2.
Merdeka,
3.
Milik sempurna,
4.
Sudah satu nishab dan
5.
Mencapai satu tahun. Dan semuanya akan dijelaskan di belakang.
(وَأَمَّا الزُّرُوْعُ) وَأَرَادَ الْمُصَنِّفُ بِهَا
الْمُقْتَاتَ مِنْ حِنْطَةٍ وَشَعِيْرٍ وَعَدَسٍ وَأَرُزٍّ وَكَذَا مَا يُقْتَاتُ
اخِتِيَارًا كَذُرَّةٍ وَحِمْصٍ (فَتَجِبُ الزَّكَاةُ فِيْهَا بِثَلَاثَةِ
شَرَائِطَ
أَنْ
يَكُوْنَ مِمَّا يَزْرَعُهُ) أَيْ يَسْتَنْبِتُهُ (الآدَمِيُّوْنَ
)
فَإِنْ
نَبَتَ بِنَفْسِهِ بِحَمْلِ مَاءٍ أَوْ هَوَاءٍ فَلَا زَكَاةَ فِيْهِ
(وَأَنْ يَكُوْنَ قُوْتًا مُدَخَّرًا)
وَسَبَقَ
قَرِيْبًا بَيَانُ الْمُقْتَاتِ وَخَرَجَ بِالْقُوْتِ مَا لَا يُقْتَاتُ مِنَ
الْأَبْزَارِ نَحْوُ الْكَمُّوْنِ
(وَأَنْ يَكُوْنَ نِصَابًا وَهُوَ خَمْسَةُ أَوْسُقٍ لَاقِشْرَ
عَلَيْهَا
)
وَفِيْ
بَعْضِ النُّسَخِ وَأَنْ يَكُوْنَ خَمْسَةَ أَوْسُقٍ بِإِسْقَاِط نِصَابٍ
Adapun
Az zuru’, maka wajib mengeluarkan zakatnya dengan tiga syarat. Yang dikehendaki
oleh mushannif dengan az zuru’ adalah bahan makanan penguat badan, yaitu berupa
gandum putih, gandum merah, kedelai, dan beras, begitu juga bahan makanan
penguat badan yang dikonsumsi dalam keadaan normal seperti jagung dan kacang.
Syarat
tersebut yaitu hasil pertanian tersebut termasuk tanaman dengan 3 syarat, Yaitu
:
1.
Yang ditanam oleh anak Adam (manusia).
Jika
tumbuh dengan sendirinya sebab terbawa air atau angin, maka tidak wajib
dikeluarkan zakatnya.
2.
Hasil tersebut termasuk bahan makanan yang kuat disimpan.
Baru
saja telah dijelaskan pengertian “bahan makananan penguat badan”. Dengan bahasa
“bahan makanan penguat badan”, mengecuali hasil pertanian yang tidak dibuat
bahan makanan penguat badan, yaitu berupa tanaman bumbu seperti tanaman al
kammun (jinten).
3.
Harus mencapai satu nishab, yaitu lima wasaq tanpa kulit.
Di
dalam sebagian redaksi menggunakan bahasa ”harus mencapai lima wasaq” dengan
tidak menyertakan lafadz “nishab”.
وَأَمَّا
الثِّمَارُ فَتَجِبُ الزَّكَاةُ فِيْ شَيْئَيْنِ مِنْهَا
(ثَمْرَةِ النَّحْلِ وَثَمْرَةِ الْكَرَمِ) وَالْمُرَادُ
بِهَاتَيْنِ الثَّمْرَتَيْنِ التَّمْرُ وَالْزَبِيْبُ
(وَشَرَائِطُ وُجُوْبِ الزَّكَاةِ فِيْهَا) أَيِ الثِّمَارِ
(أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ: الْإِسْلَامُ وَالْحُرِّيِّةُ وَالْمِلْكُ التَّامُ
وَالنِّصَابُ
)
فَمَتَى
انْتَفَى شَرْطٌ مِنْ ذَلِكَ فَلَا وُجُوْبَ
Adapun
buah-buahan, maka yang wajib dizakati adalah dua buah-buahan.
Yaitu
buah kurma dan buah anggur. Yang dikehendaki dengan kedua buah ini adalah kurma
kering dan anggur kering.
Syarat-syarat
wajib zakat di dalam buah-buahan ada empat perkara, yaitu :
1.
Islam,
2.
Merdeka,
3.
Milik sempurna dan
4. Sudah
1 nishab.
Ketika
salah satu dari syarat-syarat tersebut tidak ada, maka tidak ada kewajiban
untuk mengeluarkan zakat.
(وَأَمَّا عُرُوْضُ التِّجَارَةِ فَتَجِبُ الزَّكَاةُ فِيْهَا
بِالشُّرُوْطِ الْمَذْكُوْرَةِ) سَابِقًا (فِيْ الْأَثْمَانِ
)
وَالتِّجَارَةُ
هِيَ التَّقْلِيْبُ فِيْ الْمَالِ لِغَرَضِ الرِّبْحِ
Adapun
barang dagangan, maka wajib dizakati dengan syarat-syarat yang telah disebutkan
di dalam zakat mata uang.
Tijarah
(dagang) adalah memutar balik harta karena tujuan mencari laba.
(فَصْلٌ وَأَوَّلُ نِصَابِ الْإِبِلِ خَمْسٌ:
وَفِيْهَا شَاةٌ) أَيْ جَذْعَةُ ضَأْنٍ لَهَا سَنَةٌ وَدَخَلَتْ فِي الثَّانِيَةِ أَوْ
ثَنِيَةُ مَعْزٍ لَهَا سَنَتَانِ وَدَخَلَتْ فِيْ الثَّالِثَةِ
وَقَوْلُهُ (وَفِيْ عَشْرٍ شَاتَّانِ وَفِيْ خَمْسَةَ
عَشَرَ ثَلَاثُ شِيَاهٍ وَفِيْ عِشْرِيْنَ أَرْبَعُ شِيَاهٍ وَفِيْ خَمْسٍ وَعِشْرِيْنَ
بِنْتُ مَخَاضٍ مِنَ الْإِبِلِ وَفِيْ سِتٍّ وَثَلَاثِيْنَ بِنْتُ لَبُوْنٍ وَفِيْ
سِتٍّ وَ أَرْبَعِيْنَ حِقَّةٌ وَفِيْ إِحْدَى وَسِتِّيْنَ جَذْعَةٌ وَفِيْ سِتٍّ وَسَبْعِيْنَ
بِنْتَالَبُوْنٍ وِفِيْ إِحْدَى وَ تِسْعِيْنَ حِقَّتَانِ وَفِيْ مِائَةٍ وَإِحْدَى
وَعِشْرِيْنَ ثَلَاثُ بَنَاتِ لَبُوْنٍ) إِلَخ ظَاهِرٌ غَنِيٌّ عَنِ الشَّرْحِ
وَبِنْتُ الْمَخَاضِ لَهَا سَنَةٌ وَدَخَلَتْ فِي
الثَّانِيَةِ
وَبِنْتُ لَبُوْنٍ لَهَا سَنَتَانِ وَدَخَلَتْ فِي
الثَّالِثَةِ
وَالْحِقَّةُ لَهَا ثَلَاثُ سِنِيْنَ وَدَخَلَتْ
فِي الرَّابِعَةِ
وَالْجَذْعَةُ لَهَا أَرْبَعُ سِنِيْنَ وَدَخَلَتْ
فِي الْخَامِسَةِ
وَقَوْلُهُ (ثُمَّ فِيْ كُلِّ) أَيْ ثُمَّ بَعْدَ
زِيَادَةِ التِّسْعِ عَلَى مِائَةٍ وَإِحْدَى وَعِشْرِيْنَ وَزِيَادَةِ عَشْرٍ بَعْدَ
زِيَادَةِ التِّسْعِ وَجُمْلَةُ ذَلِكَ مِائَةٌ وَأَرْبَعُوْنَ يَسْتَقِيْمُ الْحِسَابُ
عَلَى أَنَّ فِيْ كُلِّ (أَرْبَعِيْنَ بِنْتَ لَبُوْنٍ وَفِيْ كُلِّ خَمْسِيْنَ حِقَّةً)
فَفِيْ مِائَةٍ وَأَرْبَعِيْنَ حِقَّتَانِ وَبِنْتُ
لَبُوْنٍ وَفِيْ مِائَةٍ وَخَمْسِيْنَ ثَلَاثُ حِقَاقٍ وَهَكَذَا
..).
(Fasal)
permulaan nishab onta adalah lima ekor, dan di dalamnya wajib mengeluarkan satu
ekor kambing, maksudnya kambing jadz’atudla’ninyang telah berusia satu tahun
dan menginjak usia dua tahun, atau kambing tsaniyatu ma’zin yang telah berusia
dua tahun dan menginjak usia tiga tahun.
Perkataan
mushannif, “di dalam sepuluh ekor onta wajib mengeluarkan dua kambing. Di dalam
lima belas ekor wajib mengeluarkan tiga ekor kambing. Di dalam dua puluh ekor
onta wajib mengeluarkan empat ekor kambing. Di dalam dua puluh lima ekor onta
wajib mengeluarkan satu ekor onta bintu makhadl. Di dalam tiga puluh enam ekor
onta wajib mengeluarkan satu ekorbintu labun. Di dalam empat puluh enam ekor
onta wajib mengeluarkan satu ekor onta hiqqah. Di dalam enam puluh satu ekor
onta wajib mengeluarkan satu ekor onta jadz’ah. Di dalam tujuh puluh enam ekor
onta wajib mengeluarkan dua ekor onta bintu labun. Di dalam sembilan puluh satu
ekor onta wajib mengeluarkan dua ekor onta hiqqah. Dan di dalam seratus dua puluh
satu ekor onta wajib mengeluarkan tiga ekor ontabintu labun”. dan sampai akhir,
itu sudah jelas dan tidak butuh untuk disyarahi / dijelaskan lagi.
Bintu
makhadl adalah onta yang berusia satu tahun dan menginjak usia dua tahun.
Bintu
labun adalah onta berusia dua tahun dan menginjak usia tiga tahun.
Hiqqah
adalah onta berusia tiga tahun dan menginjak usia empat tahun.
Jadz’ah
adalah onta berusia empat tahun dan menginjak usia lima tahun.
Dan
perkataan mushannif “kemudian di dalam setiap empat puluh ekor onta wajib
mengeluarkan satu ekor onta bintu labun. dan setiap lima puluh ekor onta wajib
mengeluarkan satu onta hiqqah”, maksudnya adalah kemudian setelah bertambah
sembilan ekor onta dari jumlah seratus dua puluh satu, dan setelah sembilah
ekor tersebut bertambah sepuluh ekor onta lagi sehingga jumlahnya menjadi
seratus empat puluh ekor onta, maka hitungannya menjadi pasti, yaitu setiap
hitungan empat puluh ekor onta wajib mengeluarkan satu ekor onta bintu labun,
dan setiap hitungan lima puluh ekor onta wajib mengeluarkan satu ekor onta
hiqqah.
(فَصْلٌ وَأَوَّلُ نِصَابِ الْبَقَرِ ثَلَاثُوْنَ
وَ) يَجِبُ (فِيْهَا) وَفِي النُّسَخِ وَفِيْهِ
أَيِ النِّصَابِ (تَبِيْعٌ) ابْنُ سَنَةٍ وَدَخَلَ فَي الثَّانِيَةِ
سُمِّيَ بِذَلِكَ لِتَبْعِهِ أُمَّهُ فِي الْمَرْعَى
وَلَو أَخْرَجَ تَبِيْعَةً أَجْزَأَتْ بِطَرِيْقِ
الْأَوْلَى
(وَ) يَجِبُ (فِيْ أَرْبَعِيْنَ مُسِنَّةٌ) لَهَا
سَنَتَانِ وَدَخَلَتْ فِي الثَّالِثَةِ
سُمِّيَتْ بِذَلِكَ لِتَكَامُلِ أَسْنَانِهَا
وَلَوْ أَخْرَجَ عَنْ أَرْبَعِيْنَ تَبِيْعَيْنِ
أَجْزَأَتْ عَلَى الصَّحِيْحِ
(وَعَلَى هَذَا أَبَدًا فَقِسْ) وَفِيْ مِائَةٍ
وَعِشْرِيْنَ ثَلَاثُ مُسِنَّاتٍ أَوْ أَرْبَعَةُ أَتْبِعَةٍ
(Fasal)
permulaan nishab sapi adalah tiga puluh ekor.
Dan
di dalamnya wajib mengeluarkan satu ekor sapi tabi’, yaitu anak sapi yang
berusia satu tahun dan menginjak usia dua tahun. Dalam sebagian redaksi
menggunakan bahasa “di dalam satu nishab tersebut”.
Disebut
tabi’, yang mempunyai arti yang mengikuti, karena ia mengikuti induknya di
tempat pengembalaan.
Seandainya
sang pemilik mengeluarkan zakat berupa sapi tabi’ betina, maka hal itu lebih
mencukupi.
Di
dalam empat puluh ekor sapi, wajib mengeluarkan satu ekor sapi musinnah yang
berusia dua tahun dan menginjak usia tiga tahun.
Disebut
musinnah karena gigi-giginya sudah sempurna.
Seandainya
sang pemilik mengeluarkan zakat berupa dua ekor sapi tabi’ dari empat puluh
ekor sapi, maka hal itu telah mencukupi menurut pendapat ash shohih.
(فَصْلٌ وَأَوَّلُ نِصَابِ الْغَنَمِ أَرْبَعُوْنَ
وَفِيْهَا شَاةٌ جَذْعَةٌ مِنَ الضَّأْنِ أَوْ ثَنِيَةٌ
مِنَ الْمَعْزِ) وَسَبَقَ بَيَانُ الْجَذْعَةِ وَالثَّنِيَةُ
وَقَوْلُهُ (وَفِيْ مِائَةٍ وَإِحْدَى وَعِشْرِيْنَ
شَاتَانِ وَفِيْ مِائَتَيْنِ وَوَاحِدَةٌ ثَلَاثُ شِيَاهٍ وَفِيْ أَرْبَعِمِائَةٍ أَرْبَعُ
شِيَاهٍ ثُمَّ فِيْ كُلِّ مِائَةٍ شَاةٌ) إِلَخْ ظَاهِرٌ غَنِيٌّ عَنِ الشَّرْحِ
(Fasal)
permulaan nishab kambing adalah empat puluh ekor.
Dan
di dalamnya wajib mengeluarkan satu ekor kambing jadz’ah dari jenis kambing
domba atausatu ekor kambing tsaniyah dari jenis kambing kacang. Dan telah
dijelaskan pengertian darijadz’ah dan tsaniyah.
Perkataan
mushannif, “ di dalam seratus dua puluh satu ekor kambing, wajib mengeluarkan
dua ekor kambing. Di dalam dua ratus satu ekor kambing, wajib mengeluarkan tiga
ekor kambing. Dan di dalam empat ratus empat ekor kambing, wajib mengeluarkan
empat ekor kambing. Kemudian di dalam setiap seratus ekor kambing, wajib
menambah satu ekor kambing” Sampai akhir perkataan beliau, itu sudah jelas dan
tidak perlu penjelasan lagi.
(فَصْلٌ وَالْخَلِيْطَانِ يُزَكِّيَانِ) بِكَسْرِ
الْكَافِ (زَكَاةَ) الشَّخْصِ (الْوَاحِدِ)
وَالْخُلْطَةُ قَدْ تُفِيْدُ الشَّرِيْكَيْنِ تَخْفِيْفًا
بِأَنْ يَمْلِكَا ثَمَانِيْنَ شَاةً بِالسَّوِيَّةِ بَيْنَهُمَا فَيَلْزَمُهُمَا شَاةٌ
وَقَدْ تُفِيْدُ تَثْقِيْلًا بِأَنْ يَمْلِكَا أَرْبَعِيْنَ
شَاةً بِالسَّوِيَّةِ بَيْنَهُمَا فَيَلْزَمُهُمَا شَاةٌ
وَقَدْ تُفِيْدُ تَخْفِيْفًا عَلَى أَحَدِهِمَا
وَتَثْقِيْلًا عَلَى الآخَرِ كَأَنْ يَمْلِكَا سِتِّيْنَ لِأَحَدِهِمَا ثُلُثُهَا وَلِلْآخَرِ
ثُلُثَاهَا
وَقَدْ لَاتُفِيْدُ تَخْفِيْفًا وَلَا تَثْقِيْلًا
كَأَنْ يَمْلِكَا مِائَتَيْ شَاةٍ بِالسَّوِيَّةِ بَيْنَهُمَا
(Fasal)
dua orang yang mencampur hartanya, maka mereka membayar zakat, dengan membaca
kasrah huruf kafnya lafadz “yuzakkiyani”, dengan hitungan zakatnya orang satu.
Khulthah
(mencampur harta) terkadang bisa meringankan pada dua orang yang bersekutu,
semisal keduanya memiliki delapan puluh ekor kambing dengan bagian yang sama di
antara keduanya (masing-masing memiliki empat puluh ekor), maka keduanya hanya
wajib mengeluarkan satu ekor kambing.
Dan
terkadang memberatkan pada keduanya, semisal keduanya memiliki empat puluh ekor
kambing dengan bagian yang sama di antara keduanya (masing-masing memiliki dua
puluh ekor), maka keduanya wajib mengeluarkan zakat satu ekor kambing.
Dan
terkadang meringankan pada salah satunya dan memberatkan pada yang lain,
seperti keduanya memiliki enam puluh ekor kambing, dengan perincian salah
satunya memiliki sepertiganya (dua puluh ekor) dan yang lain memiliki dua
pertiga (empat puluh ekor).
وَإِنَّمَا يُزَكِّيَانِ زَكَاةَ الْوَاحِدِ (بِسَبْعِ
شَرَائِطَ
إِذَا كَانَ) وَفِيْ بَعْضِ النُّسَحِ إِنْ كَانَ
(الْمُرَاحُ وَاحِدًا) وَهُوَ بِضَمِّ الْمِيْمِ مَأْوَى الْمَاشِيَةِ لَيْلًا
(وَالْمَسْرَحُ وَاحِدًا) الْمُرَادُ بِالْمَسْرَحِ
الْمَوْضِعُ الَّذِيْ تُسْرَحُ إِلَيْهِ الْمَاشِيَةُ
(وَالْمَرْعَى) وَالرَّاعِيْ (وَاحِدًا وَالْفَحْلُ
وَاحِدًا) أَيِ اتَّحَدَ نَوْعُ الْمَاشِيَةِ
فَإِنِ اخْتَلَفَ نَوْعُهَا كَضَأْنٍ وَمَعْزٍ فَيَجُوْزُ
أَنْ يَكُوْنَ لِكُلٍّ مِنْهُمَا فَحْلٌ يَطْرُقُ مَاشِيَتَهُ
(وَالْمَشْرَبُ) أَيِ الَّذِيْ تَشْرَبُ مِنْهُ
الْمَاشِيَةُ كَعَيْنٍ أَوْ نَهْرٍ أَوْ غَيْرِهِمَا (وَاحِدًا)
وَقَوْلُهُ (وَالْحَالِبُ وَاحِدًا) هُوَ أَحَدُ
الْوَجْهَيْنِ فِيْ هَذِهِ الْمَسْأَلَةِ
وَالْأَصَحُّ عَدَمُ الْاِتِّحَادِ فِيْ الْحَالِبِ
وَكَذَا الْمِحْلَبُ بِكَسْرِ الْمِيْمِ وَهُوَ
الْإِنَاءُ الَّذِيْ يُحْلَبُ فِيْهِ
(وَمَوْضِعُ الْحَلَبِ) بِفَتْحِ اللَّامِ (وَاحِدًا)
وَحَكَى النَّوَوِيُّ إِسْكَانَ اللَّامِ وَهُوَ
اسْمُ اللَّبَنِ الْمَحْلُوْبِ وَيُطْلَقُ عَلَى الْمَصْدَرِ قَالَ بَعْضُهُمْ وَهُوَ
الْمُرَادُ هُنَّا
)
Dua
orang yang mencampur hartanya itu hanya bisa membayar dengan zakat satu orang
jika memenuhi tujuh syarat.
Yaitu
ketika, dalam sebagian redaksi menggunakan bahasah “jika”, kandangnya menjadi
satu. Lafadz “al murah” dengan terbaca dlammah huruf mimnya, adalah tempat
binatang ternak di malam hari.
Al
masrahnya satu. Yang dikehendaki dengan al masrah adalah tempat yang digunakan
untuk mengumpulkan binatang ternak.
Tempat
mengembala dan pengembalanya menjadi satu. Dan pejantannya juga menjadi satu,
maksudnya jika binatang ternaknya satu macam.
Jika
macamnya berbeda seperti kambing domba dan kambing kacang, maka diperkenankan
masing-masing dari kedua orang tersebut memiliki pejantan sendiri-sendiri yang
akan mengawini ternaknya.
Al
masyrabnya jadi satu, yaitu tempat minum ternaknya seperti sumber, sungai atau
yang lain.
Perkataan
mushannif, “halib (tukang pera susunya jadi satu)” adalah salah satu dua
pendapat dalam permasalahan ini.
Dan
pendapat al ashah tidak mensyaratkan halib(tukang pera susu) harus jadi satu.
Begitu
juga al mihlab, dengan terbaca kasrah huruf mimnya, harus jadi satu, yaitu
wadah yang digunakan untuk memerah susu.
(فَصْلٌ وَنِصَابُ الذَّهَبِ عِشْرُوْنَ مِثْقَالًا)
تَحْدِيْدًا بِوَزْنِ مَكَّةَ
وَالْمِثْقَالُ دِرْهَمٌ وَثَلَاثَةُ أَسْباَعِ
دِرْهَمٍ
(وَفِيْهِ) أَيْ نِصَابِ الذَّهَبِ (رُبُعُ الْعُشُرِ وَهُوَ
نِصْفُ مِثْقَالٍ
وَفِيْمَا زَادَ) عَلَى عِشْرِيْنَ مِثْقَالًا
(بِحِسَابِهِ) وَإِنْ قَلَّ الزَّائِدُ
(Fasal) nishab emas adalah dua puluh mitsqal
dengan hitungan secara pasti dengan timbangan negara Makkah.
Satu mitsqal adalah satu lebih tiga
sepertujuh dirham.
Di dalam satu nishab emas wajib mengeluarkan
zakat seperempat sepersepuluh dari keseluruhan jumlah emas. Yaitu setengah
mitsqal.
Dan di dalam jumlah emas yang lebih dari dua
puluh misqal, maka sesuai dengan prosentasenya walaupun lebihannya hanya
sedikit.
(وَنِصَابُ
الْوَرِقِ) بِكَسْرِ الرَّاءِ وَهُوَ الْفِضَّةُ (مِائَتَا دِرْهَمٍ
وَفِيْهِ رُبُعُ الْعُشُرِ
وَهُوَ خَمْسَةُ دَرَاهِمَ
وَفِيْمَا زَادَ) عَلَى
الْمِائَتَيْنِ (بِحِسَابِهِ) وَإِنْ قَل َّالزَّائِدُ
وَلَا شَيْئَ فِي
الْمَغْشُوْشِ مِنْ ذَهَبٍ أَوْ فِضَّةٍ حَتَّى يَبْلُغَ خَالِصُهُ نِصَابًا
(وَلَا يَجِبُ فِي
الْحُلِيِّ الْمُبَاحِ زَكَاةٌ
)
أَمَّا الْمُحَرَّمُ
كَسِوَارٍ وَخَلْخَالٍ لِرَجُلٍ وَخُنْثًى فَتَجِبُ الزَّكَاةُ فِيْهِ
Nishabnya wariq, dengan terbaca kasrah huruf
ra’nya, adalah dua ratus dirham. Wariq adalah perak.
Di dalam nishab ini wajib mengeluarkan
seperempat sepersepuluh dari jumlah keseluruhan, yaitu lima dirham.
Dan di dalam lebihan dari dua ratus
dirham,wajib mengeluarkan kadar sesuai dengan hitungannya, walaupun tambahannya
hanya sedikit.
Dan tidak ada kewajiban zakat di dalam benda
campuran dari emas atau perak kecuali kadar murninya telah mencapai satu
nishab.
Tidak ada kewajiban zakat di dalam perhiasan
yang boleh untuk digunakan.
Adapun perhiasan yang diharamkan seperti
gelang tangan dan gelang kaki yang digunakan oleh orang laki-laki dan khuntsa,
maka wajib dikeluarkan zakatnya.
(فَصْلٌ وَنِصَابُ الزُّرُوْعِ
وَالثِّمَارِ خَمْسَةُ أَوْسُقٍ
)
مِنَ الْوَسَقِ مَصْدَرٌ بِمَعْنَى
الْجَمْعِ لِأَنَّ الْوَسَقَ يَجْمَعُ الْصِيْعَانَ
(وَهِيَ) أَيِ الْخَمْسَةُ
أَوْسُقٍ (أَلْفٌ وَسِتُّمِائَةِ رِطْلٍ بِالْعِرَاقِيِّ)وَفِيْ بَعْضِ النُّسَحِ بِالْبَغْدَادِيِّ
(وَمَا زَادَ فَبِحِسَابِهِ)
وَرِطْلٌ بَغْدَادِيٌّ عِنْدَ
النَّوَوِيِّ مِائَةٌ وَثَمَانِيَةٌ وَعِشْرُوْنَ دِرْهَمًا وَأَرْبَعَةُ أَسْبَاعِ
دِرْهَمٍ
(وَفِيْهَا) أَيِ
الزُّرُوْعِ وَالثِّمَارِ (إِنْ سُقِيَتْ بِمَاءِ السَّمَاءِ) وَهُوَ الْمَطَرُ وَنَحْوُهُ
كَالثَّلْجِ (أَوِ السَّيْحِ) وَهُوَ الْمَاءُ الْجَارِيْ عَلَى الْأَرْضِ بِسَبَبِ
سَدِّ النَّهْرِ فَيَصْعُدُ الْمَاءُ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ فَيَسْقِيْهَا (الْعُشُرُ
وَإِنْ سُقِيَتْ بِدَوْلَابٍ)
بِضَمِّ الدَّالِ وَفَتْحِهَا مَا يُدِيْرُهَا الْحَيَوَانُ (أَوْ) سُقِيَتْ (بِنَضْحٍ)
مِنْ نَهْرٍ أَوْ بِئْرٍ بِحَيَوَانٍ كَبَعِيْرٍ أَوْ بَقَرَةٍ (نِصْفُ الْعُشُرِ
)
وَفِيْمَا سُقِيَ بِمَاءِ السَّمَاءِ
وَالدَّوْلَابِ مَثَلًا سَوَاءً ثَلَاثَةُ أَرْبَاعِ الْعُشُرِ
.
(Fasal)
nishab hasil pertanian dan buah-buahan adalah lima wasaq.
Ausaq
dari lafadz wasaq yang merupakan masdar dengan makna mengumpulkan, karena
sesungguhnya wasaq mengumpulkan beberapa sho’.
Lima
wasaq adalah seribu enam ratus rithl negara Iraq. Di dalam sebagian redaksi
menggunakan bahasa “negara Bagdad”.
Dan
untuk lebihan dari kadar tersebut disesuaikan dengan hitungannya.
Satu
rithl negara Baghdad, menurut imam an Nawawi, adalah seratus dua puluh dirham
lebih empat sepertujuh dirham.
Di
dalam hasil pertanian dan buah-buahan, wajib mengeluarkan zakat sepersepuluh
-dari jumlah keseluruhan-, jika diairi dengan air langit, yaitu air hujan dan
sesamanya seperti air salju, atau dengan air banjir, yaitu air yang mengalir di
atas permukaan bumi sebab sungai penuh dan tidak muat sehingga air naik ke
permukaan hingga mengairi tanaman tersebut.
Jika
diairi dengan daulab, dengan terbaca dlammah dan fathah huruf dalnya, yaitu
alat yang diputar-putar oleh binatang, atau diairi dengan menimba air dari
sungai atau sumur dengan menggunakan binatang seperti onta atau sapi, maka
wajib mengeluarkan zakat setengah sepersepuluh dari jumlah keseluruhan.
Dan
di dalam hasil pertanian dan buah-buahan yang diairi dengan air hujan dan
daulab semisal dengan kadar waktu yang sama, maka wajib mengeluarkan zakat tiga
seperempat sepersepuluh dari jumlah keseluruhan.
(فَصْلٌ وَتُقَوَّمُ عُرُوْضُ التِّجَارَةِ عِنْدَ آخِرِ الْحَوْلِ
بِمَا اشْتُرِيَتْ بِهِ
)
سَوَاءٌ كَانَ ثَمَنُ مَالِ التِّجَارَةِ نِصَابًا
أَمْ لَا
فَإِنْ بَلَغَتْ قِيْمَةُ الْعُرُوْضِ آخِرَ الْحَوْلِ
نِصَابًا زَكَّاهَا وَإِلَّا فَلاَ
(وَيُخْرَجُ مِنْ ذَلِكَ) بَعْدَ بُلُوْغِ قِيْمَةِ
مَالِ التِّجَارَةِ نِصَابًا (رُبُعُ الْعُشُرِ) مِنْهُ
(Fasal)
harta dagangan dikalkulasi di akhir tahun dengan menggunakan mata uang yang
digunakan untuk membeli modal pertama.
Baik
modal harta dagangan pertama mencapai satu nishab ataupun tidak.
Jika
hasil kalkulasi harta dagangan di akhir tahun mencapai satu nishab, maka wajib
mengeluarkan zakatnya. Jika tidak, maka tidak wajib zakat.
Dari
jumlah tersebut setelah kalkulasi harta dagangan mencapai satu nishab, maka
wajib mengeluarkan zakat seperempat sepersepuluh dari jumlah keseluruhan.
(وَمَا اسْتُخْرِجُ مِنْ مَعَادِنِ الذَّهَبِ
وَالْفِضَّةِ يُخْرَجُ مِنْهُ) إِنْ بَلَغَ نِصَابًا (رُبُعُ الْعُشُرِ فِي الْحَالِ)
إِنْ كَانَ الْمُسْتَخْرِجُ مِنْ أَهْلِ وُجُوْبِ
الزَّكَاةِ
وَالْمَعَادِنُ جَمْعُ مَعْدَنٍ بِفَتْحِ دَالِهِ
وَكَسْرِهَا اسْمٌ لِمَكَانٍ خَلَقَ اللهُ تَعَالَى فِيْهِ ذَلِكَ مِنْ مَوَاتٍ أَوْ
مِلْكٍ
(وَمَا يُوْجَدُ مِنَ الرِّكَازِ) وَهُوَ دَفِيْنُ
الْجَاهِلِيَّةِ وَهِيَ الْحَالَةُ الَّتِيْ كَانَتْ عَلَيْهَا الْعَرَبُ قَبْلَ الْإِسْلَامِ
مِنَ الجَّهْلِ بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ وَشَرَائِعِ الْإِسْلَامِ (فَفِيْهِ) أَيِ الرِّكَازِ
(الْخُمُسُ)
وَيُصْرَفُ مَصْرَفَ الزَّكَاةِ عَلَى الْمَشْهُوْرِ
وَمُقَابِلُهُ إِنَّهُ
يُصْرَفُ إِلَى أَهْلِ الْخُمُسِ الْمَذْكُوْرِيْنَ فِيْ آيَةِ الْفَيْئِ .
Harta
yang diambil dari tambang emas dan perak maka wajib mengeluarkan zakat
seperempat sepersepuluh dari hasil tersebut seketika, jika mencapai satu
nishab.
Jika
orang yang mengambil tambang tersebut termasuk golongan yang wajib zakat.
Ma’adin,
bentuk jama’ dari lafadz ma’dan dengan terbaca fathah atau kasrah huruf dalnya,
adalah nama bagi tempat barang tambang yang diciptakan oleh Allah Swt, baik
berupa lahan mawat atau berstatus milik.
Harta
yang ditemukan dari harta rikaz, yaitu harta pendaman peninggalan zaman
jahiliyah, yaitu keadaan orang-orang arab sebelum Islam, yaitu bodoh kepada
Allah, Rosul-Nya dan syareaat-syareat Islam, maka wajib mengeluarkan seperlima
dari jumlah keseluruhan.
Seperlima
tersebut ditasharrufkan sesuai pentasyarufan zakat menurut qaul masyhur.
Dan
menurut muqabil masyhur (pendapat pembanding masyhur) bahwa sesungguhnya
seperlima tersebut diserahkan kepada golongan yang berhak menerima khumus
(seperlima) yang disebutkan di dalam ayat fai’.
                                   
(فَصْلٌ وَتَجِبُ زَكَاةُ الْفِطْرِ) وَيُقَالُ
لَهَا زَكَاةُ الْفِطْرَةِ أَيِ الْخِلْقَةِ (بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءِ
الْإِسْلَامِ) فَلَا فِطْرَةَ عَلَى كَافِرٍ أَصْلِيٍّ
إِلَّا فِيْ رَقِيْقِهِ وَقَرِيْبِهِ الْمُسْلِمِيْنَ
(وَبِغُرُوْبِ الشَّمْسِ مِنْ آخِرِ يَوْمٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ)
وَحِيْنَئِذٍ فَتُخْرَجُ زَكَاةُ الْفِطْرَةِ عَمَنْ
مَاتَ بَعْدَ الْغُرُوْبِ دُوْنَ مَنْ وُلِدَ بَعْدَهُ
(وَوُجُوْدِ الْفَضْلِ) وَهُوَ يَسَارُ الشَّخْصِ
بِمَا يَفْضُلُ (عَنْ قُوْتِهِ وَقُوْتِ عِيَالِهِ فِيْ ذَلِكَ الْيَوْمِ) أَيْ يَوْمِ
عِيْدِ الْفِطْرِ وَكَذَا لَيْلَتُهُ أَيْضًا
(وَيُزَكِّي) الشَّخْصُ (عَنْ نَفْسِهِ وَعَمَنْ
تَلْزَمُهُ نَفَقَتُهُ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ)
فَلَا يَلْزَمُ لِمُسْلِمٍ فِطْرَةُ عَبْدٍ وَقَرِيْبٍ
وَزَوْجَةٍ كُفَّارٍ وَإِنْ وَجَبَتْ نَفَقَتُهُمْ
(Fasal)
wajib mengeluarkan zakat fitrah dengan tiga syarat. Zakat fitrah diungkapkan
dengan bahasa “zakat fithrah” maksudnya zakat badan.
-syarat
tersebut adalah- Islam. Maka tidak wajib membayar zakat fitrah bagi orang kafir
asli kecuali untuk budak dan keluarganya yang beragama Islam.
-syarat
kedua- sebab terbenamnya matahari di hari terakhir bulan Romadlon.
Kalau
demikian, maka wajib membayar zakat fitrah dari orang yang meninggal dunia
setelah terbenamnya matahari, tidak dari anak yang dilahirkan setelah
terbenamnya matahari.
-syarat
ke tiga- wujudnya kelebihan. Yaitu seseorang memiliki lebihan dari bahan
makanan untuk dirinya sendiri dan keluarganya di hari tersebut, maksudnya siang
harinya hari raya Idul Fitri, begitu juga untuk malam harinya.
Seseorang
wajib mengeluarkan zakat untuk dirinya sendiri dan orang-orang yang wajib ia
nafkahi yang beragama Islam.
وَإِذَا وَجَبَتِ الْفِطْرَةُ عَلَى الشَّخْصِ فَيُخْرِجُ
(صَاعًا مِنْ قُوْتِ بَلَدِهِ) إِنْ كَانَ بَلَدِيًّا
فَإِنْ كَانَ فِي الْبَلَدِ أَقْوَاتٌ غَلَبَ بَعْضُهَا
وَجَبَ الْإِخْرَاجُ مِنْهُ
وَلَوْ كَانَ الشَّخْصُ فِيْ بَادِيَةٍ لَا قُوْتَ
فِيْهَا أَخْرَجَ مِنْ قُوْتِ أَقْرَبِ الْبِلَادِ إِلَيْهِ
وَمَنْ لَمْ يُوْسِرْ بِصَاعٍ بَلْ بِبَعْضِهِ لَزِمَهُ
ذَلِكَ الْبَعْضُ
(وَقَدْرُهُ) أَيِ الصَّاعِ (خَمْسَةُ أَرْطَالٍ
وَثُلُثٌ بِالْعِرَاقِيِّ)
وَسَبَقَ بَيَانُ الرِّطْلِ الْعِرَاقِيِّ فِيْ
نِصَابِ الزُّرُوْعِ
.
Ketika
seseorang wajib membayar zakat fitrah, maka ia harus mengeluarkan satu sha’
makanan pokok daerahnya, jika ia adalah orang yang bertempat tinggal di suatu
negara.
Jika
di daerahnya terdapat beberapa makanan pokok, namun ada sebagiannya yang lebih
dominan, maka wajib mengeluarkan dari jenis sebagian makanan tersebut.
Seandainya
seseorang bertempat tinggal di hutan yang tidak memiliki makanan pokok, maka ia
wajib mengeluarkan zakat berupa makanan pokok daerah yang terdekat darinya.
Orang
yang tidak memiliki lebihan satu sho’, akan tetapi hanya sebagian sho’ saja,
maka ia wajib mengeluarkan sebagian tersebut.
Ukuran
satu sho’ adalah lima rithl lebih sepertiga rithl negara Iraq.
Rithl
negara Iraq telah dijelaskan di dalam bab “Nishabnya Zuru’”.
(فَصْلٌ) وَتُدْفَعُ الزَّكَاةُ إِلَى الْأَصْنَافِ
الثَّمَانِيَةِ الَّذِيْنَ ذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْ كِتَابِهِ الْعَزِيْزِ فِيْ قَوْلِهِ
تَعَالَى (إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقُرَاءِ وَالْمَسَاكِيْنِ وَالْعَامِلِيْنَ
عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوْبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِيْنَ وَفِيْ
سَبِيْلِ اللهِ وَابْنِ السَّبِيْلِ) إَلَخِ
هُوَ ظَاهِرٌ غَنِيٌّ عَنِ الشَّرْحِ إِلَّا مَعْرِفَةُ
الْأَصْنَافِ الْمَذْكُوْرَةِ
الْفَقِيْرُ فِي الزَّكَاةِ هُوَ الَّذِيْ لَا مَالَ
لَهُ وَلَا كَسْبٌ يَقَعُ مَوْقِعًا مِنْ حَاجَتِهِ
(Fasal)
zakat diberikan kepada delapan golongan yang telah disebutkan oleh Allah Swt di
dalam kitab-Nya yang mulia di dalam firman-Nya, “shadaqah hanya di haki oleh
orang-orang fakir, orang-orang miskin, orang-orang yang memproses shodaqah,
orang-orang yang di lulutkan hatinya, budak, gharim, sabilillah, ibn sabil” ila
akhir.
Firman
Allah Swt ini telah jelas dan tidak perlu untuk dijelaskan lagi kecuali
penjelasan untuk mengetahui golongan-golongan tersebut.
Firman
Allah Swt ini telah jelas dan tidak perlu untuk dijelaskan lagi kecuali
penjelasan untuk mengetahui golongan-golongan tersebut.
Maka
orang yang faqir di dalam zakat adalah orang yang tidak memiliki harta dan
tidak memiliki pekerjaan yang bisa mencukupi kebutuhannya.
أَمَّا فَقِيْرُ الْعَرَايَا فَهُوَ مَنْ لَا نَقْدَ
بِيَدِّهِ
وَالْمِسْكِيْنُ مَنْ قَدَرَ عَلَى مَالٍ أَوْ كَسْبٍ
يَقَعُ كُلٌّ مِنْهُمَا مَوْقِعًا مِنْ كِفَايَتِهِ وَلَا يَكْفِيْهِ كَمَنْ يَحْتَاجُ
إِلَى عَشْرَةِ دَرَاهِمَ وَعِنْدَهُ سَبْعَةٌ
وَالْعَامِلُ مَنِ اسْتَعْمَلَهُ الْإِمَامُ عَلَى
أَخْذِ الصَّدَقَاتِ وَدَفْعِهَا لِمُسْتَحِقِّيْهَا
.
                       
Adapun
orang yang faqir di dalam pembahasan araya, maka dia adalah orang yang tidak
memiliki nuqud (uang).
Miskin
adalah orang yang memiliki harta atau pekerjaan, masing-masing dari keduanya
sudah agak mencukupi tapi masih kurang, seperti orang yang membutuhkan sepuluh
dirham namun dia hanya memiliki tujuh dirham.
Amil
adalah orang yang dipekerjakan oleh imam untuk mengambil sedekah dan
menyerahkan pada orang-orang yang berhak menerimanya.
(وَالْمُؤَلَّفَةُ قُلُوْبُهُمْ) وَهُمْ أَرْبَعَةُ
أَقْسَامٍ
أَحَدُهَا مُؤَلَّفَةُ الْمُسْلِمِيْنَ وَهُوَ مَنْ
أَسْلَمَ وَنِيِّتُهُ ضَعِيْفَةٌ فِيْ الْإِسْلَامِ فَيُتَأَلَّفُ بِدَفْعِ الزَّكَاةِ
لَهُ
وَبَقِيَّةُ الْأَقْسَامِ مَذْكُوْرَةٌ فِي الْمَبْسُوْطَاتِ
وَفِي الرِّقَابِ وَهُمُ الْمُكَاتَبُوْنَ كِتَابَةً
صَحِيْحَةً
أَمَّا الْمُكَاتَبُ كِتَابَةً فَاسِدَةً فَلَا
يُعْطَى مِنْ سَهْمِ الْمُكَاتَبِيْنَ
.
Mualaf
qulubuhum, golongan ini ada empat bagian.
Salah
satunya adalah muallaf muslimin, yaitu orang yang baru masuk Islam dan niatnya
masih lemah di dalam Islam, maka ia dilunakkan dengan memberikan zakat padanya.
Untuk
bagian-bagian yang lain dijelaskan di dalam kitab-kitab yang luas
pembahasannya.
Wafirriqab,
mereka adalah budak-budak mukatab yang melakukan akad kitabah yang sah.
Sedangkan
budak mukatab yang melakukan akad kitabah yang tidak sah, maka ia tidak diberi
bagian budak-budak mukatab.
وَالْغَارِمُ عَلَى ثَلَاثَةِ أَقْسَامٍ
أَحَدُهَا مَنِ اسْتَدَانَ دَيْنًا لِتَسْكِيْنِ
فِتْنَةٍ بَيْنَ طَائِفَتَيْنِ فِيْ قَتِيْلٍ لَمْ يَظْهَرْ قَاتِلُهُ فَتَحَمَّلَ
دَيْنًا بِسَبَبِ ذَلِكَ
فَيُقْضَى دَيْنُهُ مِنْ سَهْمِ الْغَارِمِيْنَ
غَنِيًّا كَانَ أَوْ فَقِيْرًا
وَإِنَّمَا يُعْطَى الْغَارِمُ عِنْدَ بَقَاءِ الدَّيْنِ
عَلَيْهِ
فَإِنْ أَدَّاهُ مِنْ مَالِهِ أَوْ دَفَعَهُ ابْتِدَاءً
لَمْ يُعْطَ مِنْ سَهْمِ الْغَارِمِيْنَ
وَبَقِيَّةُ أَقْسَامِ الْغَارِمِيْنَ فِي الْمَبْسُوْطَاتِ
وَأَمَّا سَبِيْلُ اللهِ فَهُمُ الْغُزَّاةُ الَّذِيْنَ
لَاسَهْمَ لَهُمْ فِيْ دِيْوَانِ الْمُرْتَزِقَةِ بَلْ هُمْ مُتَطَوِّعُوْنَ بِالْجِهَادِ
وَأَمَّا ابْنُ السَّبِيْلِ فَهُوَ مَنْ يُنْشِئُ
سَفَرًا مِنْ بَلَدِ الزَّكَاةِ أَوْ يَكُوْنَ مُجْتَازًا بِبَلَدِهَا
وَيُشْتَرَطُ فِيْهِ الْحَاجَةُ وَعَدَمُ الْمَعْصِيَةِ
.
وَقَوْلُهُ (وَإلَى مَنْ يُوْجَدُ مِنْهُمْ) أَيِ
الْأَصْنَافِ فِيْهِ إِشَارَةٌ إِلَى أَنَّهُ إِذَا فُقِدَ بَعْضُ الْأَصْنَافِ وَوُجِدَ
الْبَعْضُ تُصْرَفُ لِمَنْ يُوْجَدُ مِنْهُمْ
فَإِنْ فُقِدُوْا كُلُّهُمْ حُفِظَتِ الزَّكَاةُ
حَتَّى يُوْجَدُوْا كُلُّهُمْ أَوْ بَعْضُهُمْ
(وَلَا يَقْتَصِرُ) فِيْ إِعْطَاءِ الزَّكَاةِ
(عَلَى أَقَلَّ مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ كُلِّ صِنْفٍ) مِنَ الْأَصْنَافِ الثَّمَانِيَةِ
(إِلَّا الْعَامِلَ) فَإِنَّهُ يَجُوْزُ أَنْ
يَكُوْنَ وَاحِدًا إِنْ حَصَلَتْ بِهِ الْحَاجَةُ
فَإِنْ صَرَفَ لِإثْنَيْنِ مِنْ كُلِّ صِنْفٍ غَرَمَ
لِلثَّالِثِ أَقَلَّ مُتَمَوَّلٍ
وَقِيْلَ يَغْرُمُ لَهُ الثُّلُثَ.
Gharim
ada tiga bagian.
Salah
satunya adalah orang yang hutang untuk meredam fitnah di antara dua golongan
dalam masalah orang yang terbunuh dan tidak jelas pembunuhnya, maka ia
menanggung hutang sebab itu semua.
Maka
hutangnya dilunasi dari bagian gharimin, baik ia adalah orang yang kaya atau
fakir.
Gharim
hanya bisa diberi bagian ketika hutangnya masih ada.
Jika
ia telah melunasi hutang dari hartanya sendiri atau telah memberikan hartanya
sejak awal, maka ia tidak diberi dari bagian gharimin.
Untuk
bagian gharimin yang lain telah dijelaskan di dalam kitab-kitab yang diperluas
pembahasannya.
Adapun
sabilillah, maka mereka adalah para pejuang yang tidak memiliki bagian pasti di
dalam buku besar negara, bahkan mereka berjihad suka rela hanya karena Allah
Swt.
Adapun
ibn sabil, maka dia adalah orang yang melakukan perjalanan dari daerah yang
sedang memproses zakat, atau melewatinya.
Ibn
sabil disyaratkan harus dalam keadaan membutuhkan dan tidak melakukan
kemaksiatan.
Perkataan
mushannif “dan di berikan pada orang-orang yang di temukan dari kedelapan
golongan” memberi isyarah bahwa sesungguhnya ketika sebagian golongan tidak ada
dan yang ada hanya sebagian saja, maka zakat diserahkan pada golongan yang ada.
Jika
semuanya tidak ada, maka zakat disimpan dulu hingga semuanya atau sebagian
golongan telah ditemukan.
Di
dalam menyerahkan zakat, tidak diperkenankan hanya diberikan pada orang yang
kurang dari tiga orang dari setiap golongan dari kedelapan golongan tersebut.
Kecuali
amil, maka sesungguhnya amil bisa saja hanya satu orang jika memang sudah
mencukupi kebutuhan.
Jika
zakat hanya diberikan pada dua orang dari setiap golongan, maka wajib memberi
ganti rugi dengan minimal barang yang berharga pada orang ketiga.
Ada
yang berpendapat, bahwa orang ketiga diberi ganti rugi sepertiga dari yang
telah diberikan pada dua orang tersebut.
(وَخَمْسَةٌ لَا يَجُوْزُ دَفْعُهَا) أَيِ الزَّكَاةِ
(إِلَيْهِمُ
الْغَنِيُّ بِمَالٍ أَوْ كَسْبٍ وَالْعَبْدُ
وَبَنُوْ هَاشِمٍ وَبَنُوْ الْمُطَلِّبِ) سَوَاءٌ
مَنَعُوْا حَقَّهُمْ مِنْ خُمُسِ الْخُمُسِ أَمْ لاَ
وَكَذَا عُتَقَاؤُهُمْ لَا يَجُوْزُ دَفْعُ الزَّكَاةِ
إِلَيْهِمْ
وَيَجُوْزُ لِكُلٍّ مِنْهُمْ أَخْذُ صَدَقَةِ التَّطَوُّعِ
عَلَى الْمَشْهُوْرِ
(وَالْكَافِرُ) وَفِيْ بَعْضِ النُّسَحِ وَلَا
تَصِحُّ لِلْكَافِرِ
(وَمَنْ تَلْزَمُ الْمُزَكِّيَ نَفَقَتُهُ لَايَدْفَعُهَا)
أَيِ الزَّكَاةَ (إِلَيْهِمْ بِاسْمِ الْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِيْنِ)
وَيَجُوْزُ دَفْعُهَا إِلَيْهِمْ بِاسْمِ كَوْنِهِمْ
غُزَّاةً وَ غَارِمِيْنَ مَثَلًا
Ada
lima golongan yang tidak diperkenankan memberikan zakat pada mereka.
Yaitu
orang yang kaya dengan harta atau pekerjaan. Dan budak (yang bukan budak
mukatab).
Bani
Hasyim dan Bani Muthallib. Baik mereka tidak mau menerima haknya dari bagian
khumusil khumus, ataupun mau menerima.
Begitu
juga budak-budak yang dimerdekakan oleh mereka (Bani Hasyim dan Bani
Muthallib), tidak boleh memberikan zakat pada mereka.
Masing-masing
dari mereka diperkenankan untuk menerima sedekah sunnah menurut qaul masyhur.
Dan
orang kafir. Dalam sebagian redaksi menggunakan bahasa, “tidak sah memberikan
zakat pada orang kafir”.
Orang
yang wajib dinafkahi oleh orang yang mengeluarkan zakat, maka ia tidak boleh
memberikan zakat pada mereka (orang-orang yang dinafkahi) atas nama orang-orang
fakir dan miskin.
Dan
boleh memberikan zakat pada mereka dengan status semisal mereka adalah para
pejuang (fisabillillah) atau gharim (orang yang mempunyai tanggungan hutang).
(Kitab
Fathul Qorib Al Mujib – Al-Allamah Abu Abdillah Muhammad ibn Qasim Al Ghaziy As
Syafi’iy, Bab Zakat, Halaman 52, Penerbit Darul Kutub Al Islamiyyah)
Website
: http://shulfialaydrus.blogspot.co.id/ atau
https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram
: @shulfialaydrus
Instagram
Majelis Nuurus Sa’aadah : @majlisnuurussaadah
Twitter
: @shulfialaydrus dan @shulfi   
Telegram
: @habibshulfialaydrus
Telegram
Majelis Nuurus Sa’aadah : @majlisnuurussaadah
Facebook
: https://www.facebook.com/habibshulfialaydrus/
Group
Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau
https://www.facebook.com/groups/160814570679672/
Donasi
atau infak atau sedekah.
Bank
BRI Cab. JKT Joglo.
Atas
Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek
: 0396-01-011361-50-5.
Penulis
: Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.
محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *