Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak Menurut
Islam.
Membangun generasi itu butuh persiapan yang
matang, karena Islam memiliki visi misi yang besar untuk setiap keluarga
muslim, dan visi misi tersebut sudah disampaikan oleh Nabi Muhammad serta para
sahabatnya, bahkan diabadikan di dalam Al-Quran Qs. At-Tahrim 21. [Baca: visi
misi penting untuk generasi muslim]. Nah salah satu bentuk persiapan dalam
membangun generasi adalah mengetahui kewajiban orangtua pada anaknya. Hal ini
demi terwujudnya harapan Rasulullah shalallahu alaihi wassalam untuk generasi
kita.
Oleh sebab itu di kami akan menyebutkan
kewajiban-kewajiban orang tua kepada anaknya berdasarkan Al-Quran dan Sunnah.
Baiklah langsung saja berikut kewajiban orang tua terhadap anak menurut Islam:
Kewajiban Orang tua Terhadap Anak.
1. Memberi Nama Kepada Anak yang Baru Lahir.
Inilah kewajiban orang tua terhadap anak yang
pertama adalah memberikan nama yang baik, Hal ini berdasarkan hadits dari Ibnu
Umar radhiyallahuanhu, Nabi shallallahualaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَحَبَّ أَسمَائِكُمْ إِلَى اللَّهِ
عَبدُاللَّهِ وَ عَبدُ الرَّحْمَنِ
“Sesungguhnya nama yang paling dicintai
Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman.” (HR. Muslim no. 2132)
Nama apa saja yang bagus untuk anak?
Sebagaimana hadits di atas, Antum bisa memberikan nama anaknya dengan nama
Abdurrahman, Abdullah, para nabi, para sahabat atau yang lainnya yang penting
mengandung makna yang baik dan tidak menyimpang dari syariat.
2. Menyusui Anak.
Untuk yang satu ini adalah ditujukan pada
uminya atau ibunya. Menyusui adalah bentuk interaksi anak dengan ibunya, di
mana saat itu adalah waktu yang sangat tepat untuk mengajarkan hal-hal yang
baik. Misalnya mengenalkan Allah, mengenalkan Islam atau bisa juga dibacakan
al-Quran (mengaji). Perkataan-perkataan yang baik akan sangat berpengaruh
baginya meskipun si anak sendiri belum bisa bicara.
Dalil tentang menyusui ini ada di dalam Qs.
Al-Ahqaf dan Al-Baqarah:
Allah berfirman, yang artinya: “Kami
perintahkan kepada manusia Supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya.
Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkanya dengan susah
payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan”.
[Al Ahqaf : 15]
Allah juga berfirman, “Para ibu
hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan”. [Al Baqarah: 233]
3. Kewajiban Orang Tua Mendidik Anak.
Mendidik anak merupakan salah satu yang
paling penting di antara kewajiban orang tua terhadap anaknya. Saudaraku,
ketahuilah bahwa semua dimulai dari pendidikan, bahkan pertama kali Islam turun
pun membahas tentang pendidikan (membaca dan menulis di Qs. Al-Alaq 1-2). Lalu
pendidikan apa yang bagus untuk anak?
Mendidik anak yang baik adalah pendidikan
secara Islami, dan bukan seperti pendidikan yang banyak dipercaya oleh
orang-orang saat ini. Hari ini masyarakat sudah sangat akrab dengan model
pendidikan  barat yang sekuler. Bahkan
banyak sekali yang beranggapan pendidikan sekular lebih maju atau lebih baik
dibandingkan model pendidikan 1500 tahun yang lalu (pendidikan masa kejayaan
Islam). Sehingga tidak sedikit juga orangtua yang takut meletakkan kedua kaki
anaknya di bangku sekolah yang berlabel lembaga Islam. Takut akan nasib sang
anak di dunia, sehingga memisahkan antara Islam dan umum.
Maka untuk memenuhi kewajiban ini orang tua
(khususnya ayah sebagai pemimpin rumah tangga) harus mengacu dan melihat
bagaimana Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam- mendidik para sahabat dan
generasi awal umat Islam. Karena konsep tersebut telah terbukti melahirkan
generasi terbaik, sampai-sampai Islam berhasil menguasai dunia di beberapa
abad. Jadi akan sayang sekali jika sistem terbaik yang panduannya langsung dari
Allah malah dikesampingkan.
4. Menanamkan Karakter Iman Sejak Dini.
Jika hari ini banyak yang menciptakan dan
merumuskan “pendidikan karakter” maka Islam lebih dulu membuatnya dan
dinamakan sebagai karakter imani. Terlebih lagi perencanaan kurikulum
“pendidikan karakter” yang dimiliki Islam bukan dari manusia,
melainkan dari Allah taala atau bisa diartikan the real character building.
Dalil kewajiban orang tua untuk menanamakan
karakter iman pada anak ini tertulis dalam hadits Jundub bin Abdillah
radiyallahuanhu:
عن جُنْدُبِ بن عبد الله قال: كنا مع النبي صلى
الله عليه وسلم ونحن فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ فتعلمنا الإيمان قبل أن نتعلم القرآن
ثم تعلمنا القرآن فازددنا به إيماناً ) رواه ابن ماجة (61) والطبراني في المعجم
الكبير (1678) والبيهقي في سننه الكبرى (5075) وهو حديث صحيح
Dari Jundub bin Abdillah beliau berkata :
“Dahulu kami ketika remaja bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam, kami belajar iman sebelum Al Qur’an kemudian setelah kami belajar Al
Qur’an bertambahlah keimanan kami. Sedangkan kalian sungguh pada hari ini
justru belajar Al Qur’an dulu sebelum belajar iman” (Riwayat At Thabrani,
Al Baihaqi, dan Ibn Majah)
Ya, itulah kunci keberhasilan generasi para
sahabat. Yaitu “belajar iman dan iman” sejak dini. Untuk mengetahui
maksud belajar iman sebelum al-Quran, [maksud belajar iman sebelum Quran] agar
kalian tidak salah paham. Tapi intinya hampir mirip seperti menanamkan
“aqidah dan tauhid” hanya saja ini lebih dalam dan bisa menumbuhkan
iman serta menguatkan pondasi aqidah anak.
Jadi kita tidak perlu ragu lagi untuk
menunaikan kewajiban orang tua yang satu ini, sebab selain itu penanaman
karakter iman juga akan mengajarkan moral generasi dari segala sisi
kehidupannya, baik sosial, bisnis, politik dan lain-lain.
5. Mengajarkan “Adab” pada Anak
Sejak Dini.
Poin kelima ini juga tidak kalah penting,
yakni mengajarkan adab-adab Islam demi terciptanya ilmu yang bermanfaat. Betapa
banyak hari ini yang hafal al-Quran namun adabnya sama sekali tidak
menggambarkan al-Quran. Maka semua ulama ahlus sunnah wal jamaah dahulu sangat
memperhatikan adab. Imam Malik rahimahullah berkata,
تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم
“Pelajarilah adab sebelum mempelajari
ilmu”
Abdullah bin Mubarak juga berkata,
“Dahulu kami belajar adab 30 tahun, sedangkan kami mempelajari ilmu selama
20 tahun”.
6. Mengajarkan Shalat Ketika Umur 7 Tahun.
Mengajarkan sholat adalah bagian dari
kewajiban orang tua. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam memerintahkan para
orang tua agar mulai mengajarinya shalat di usia 7 tahun:
ﻋَﻦْ ﻋَﻤْﺮِﻭ ﺑْﻦِ ﺷُﻌَﻴْﺐٍ ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻴﻪِ ﻋَﻦْ
ﺟَﺪِّﻩِ ﻗَﺎﻝَ ﻗَﺎﻝَﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻣُﺮُﻭﺍ
ﺃَﻭْﻻﺩَﻛُﻢْﺑِﺎﻟﺼَّﻼﺓِ ﻭَﻫُﻢْ ﺃَﺑْﻨَﺎﺀُ ﺳَﺒْﻊِ ﺳِﻨِﻴﻦَ ﻭَﺍﺿْﺮِﺑُﻮﻫُﻢْ
ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎﻭَﻫُﻢْ ﺃَﺑْﻨَﺎﺀُ ﻋَﺸْﺮٍ ﻭَﻓَﺮِّﻗُﻮﺍ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﻀَﺎﺟِﻊِ‏:
ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﺑﻮﺩﺍﻭﺩ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﺼﻼﺓ‏
Dari Amar bin Syu’aib, dari ayahnya dari
kakeknya ia berkata: Rasulullah Bersabda: “Perintahlah anak-anakmu
mengerjakan salat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka karena
meninggalkan salat bila berumur sepuluh tahun, dan pisahlah tempat tidur mereka
(laki-laki dan perempuan)” (HR.Abu Daud dalam kitab sholat Hadits shahih;
Sunan Abu Daud (2/162/419) , Ibnu Majah (5868) (2/237/84), Hakim (1/197)
Memukul disini yaitu untuk memberikan
pelajaran (tidak keras), bukan memukul dengan kekerasan dan tidak memukul
bagian kepala/wajahnya.
7. Menanamkan Kecintaan Kepada Nabi Muhammad
dan keluarganya.
Mengarahkan anak agar lebih mendahulukan
mencintai Allah dan RasulNya dibandingkan orang tua bisa menyebabkan si anak mudah
menerima seruan Allah, baik berupa ayat maupun hadits. Bahkan iman seorang
hamba tidak akan sempurna sampai dia mencintai keduanya daripada seluruh
manusia. Dari Anas Radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam bersabda
لاَ يُؤْمِنُ أحَدُكُمْ حتى أكُوْنَ أحَبَ
إلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَ وَلَدِهِ وَ النَّاسِ أجْمَعِيْنَ
“Tidak sempurna iman seseorang diantara
kalian sampai aku menjadi orang yang lebih dicintainya daripada bapaknya,
anaknya dan seluruh manusia” (H.R Al Bukhari (14) Muslim (2/15 Nawawi),
Ibnu Majah (67), Ad Darimi (2/307), Ahmad)
أَحِبُّوا اللهَ لِمَا يَغْذُوكُمْ بِهِ مِنْ نِعَمِهِ،
وَأَحِبُّونِي لِحُبِّ
اللهِ، وَأَحِبُّوا أَهْلَ بَيْتِي لِحُبِّي



Dari
Ibnu Abbas ra. Nabi Muhammad saww. bersabda : “Cintailah Allah kerena
nikmat-nikmat yang di anugerahkan-Nya, cintailah aku karena kecintaan kepada
Allah dan cintailah Ahlul-baitku (keluargaku) karena kecintaamu
kepadaku.”. (HR. At Tirmidzi, At Tabarani, dan Al Hakim)

أَدِّبُوْا أَوْلاَدَكُمْ عَلَى ثَلاَثِ خِصَالٍ حُبِّ
نَبِيِّكُمْ وَحُبِّ أَهْلِ بَيْتِهِ وَحُبِّ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ (رواه الديلمي
عن علي)
Dari
Ali kwj., Nabi Muhammad saww. bersabda : ” Didiklah anak-anakmu atas tiga
perkara : Kecintaan kepada Nabimu, Kecintaan kepada Ahlul Baitnya, dan cinta membaca
Al-Qur’an.”. (HR. Ad Dailami)



8. Mengajarkan Al-Quran dan Kandungannya Pada
Anak.
Al-Qur’an sudah menjadi tolak ukur untuk
sebuah generasi. Jika Al-Qur’an ini hidup di sebuah generasi, maka pasti
generasi tersebut akan menjadi generasi yang unggul bagi pemimpin bumi. Namun
sebaliknya jika Al-Qur’an ini jauh dari generasi, maka masyarakat negri akan
gelap dalam dekapan jahiliyah dan muslim tidak mampu menjadi pemimpinnya.
Bukankah hari ini sudah terbukti di negara kita?
Maka sebab itu setiap orang tua wajib
mendidik anaknya agar cinta dan belajar al-Quran, bukan hanya dihafal namun
juga dipelajari maknanya. Itulah gambaran generasi yang kokoh sebagaimana dulu
para salafus shalih. Dari sahabat Utsman bin Affan Radhiyallahu anhu, Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam bersabda.
خَيْرُكُمْ مضنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَ
عَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kalian adalah yang
mempelajari al Qur’an dan mengajarkannya”. (HR.  Bukhari No.5027)

أَدِّبُوْا أَوْلاَدَكُمْ عَلَى ثَلاَثِ خِصَالٍ حُبِّ
نَبِيِّكُمْ وَحُبِّ أَهْلِ بَيْتِهِ وَحُبِّ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ (رواه الديلمي
عن علي)
Dari
Ali kwj., Nabi Muhammad saww. bersabda : ” Didiklah anak-anakmu atas tiga
perkara : Kecintaan kepada Nabimu, Kecintaan kepada Ahlul Baitnya, dan cinta
membaca Al-Qur’an.”. (HR. Al-Dailami)



Untuk itu tunaikan kewajiban ibu dan ayah
terhadap anak yang satu ini. Agar berhasil mencetak generasi Qurani.
9. Memberikan Nafkah yang Halal.
Kewajiban orang tua kepada anak menurut Islam
yang kesembilan ialah memberikan nafkah yang halal. Sebaik apapun cara kita
mendidik anak namun jika apa yang dia makan, dia pakai melalui harta yang
syubhat sekali pun maka tidak akan membuahkan keberkahan. Yang syubhat saja
harus ditinggalkan apalagi yang jelas-jelas haram?
Allah Maha Kaya, janganlah kita khawatir dengan
harta dunia.  Sebaik apapun kita menjaga
harta, tetap saja ia akan lepas dari genggaman kita saat meninggal.
10. Banyak Berkisah Pada Anak.
Inilah kewajiban yang sudah dicontohkan Allah
terhadap hambaNya, dimana pada isi al-Quran hampir setengahnya adalah kisah.
Itu artinya di sana banyak sekali pelajaran yang bisa diambil, Allah berfirman:
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي
الْأَلْبَابِ
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka
itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.”
(Qs.Yusuf:111)
 فَاعْتَبِرُوا يَا أُولِي الْأَبْصَارِ
“Maka ambillah (kejadian itu) untuk
menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan.”
Dengan kita mengisahkan atau menceritakan
kisah-kisah para Nabi, para sahabatnya yang ta’at kepada Allah, para Aulia
Allah. Dan para sholihin maka bisa menjadikan seorang anak tumbuh menjadi
seorang yang mencintai mereka, karena ada pribahasa tak kenal maka tak sayang,
tak sayang maka tak cinta.
11. Membiasakan Kebaikan Pada Anak.
Percaya atau tidak percaya, bahwa anak yang
masih kecil, misalnya usia satu tahun, dia sudah bisa menirukan apa yang
diajarkan kepada anak. Sebab dia adalah peniru ulung. Apa yang menjadi
kebiasaan orangtuanya bukan tidak mungkin akan membentuk karakter anak. Berikut
cara membiasakan hal yang baik kepada anak usia dini:
Mengucapkan salam sebelum masuk rumah
walaupun belum bisa bicara.
Meminta izin dalam segala hal pada orang
tuanya.
Menjawab bersin. “Alhamdulillah”
“Yarhamukallah” dan “Yahdikumullah”
Berkata baik dan penuh adab sopan santun.
Bersyukur setiap hendak makan.
Berdoa setiap melakukan hal.
Dan masih banyak lagi yang lainnya.
12. Mengajarkan Kejujuran.
Sampai kepada kewajiban orang tua pada anak
menurut hukum Islam yang ke 12. Jujur ialah sikap terpuji yang wajib ditanamkan
kepada anak-anak kita. Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahuanhu dari Nabi
Shallallahualaihi wa sallam, Beliau bersabda.
إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ
وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى
يَكُونَ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ
يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ
اللَّهِ كَذَّابًا
“Sesungguhnya kejujuran menunjukkan
kepada kebaikan, dan kebaikan menuntun kepada surga, dan sesungguhnya seseorang
berkata jujur sehingga dia menjadi orang yang jujjur. Dan sesungguhnya
kedustaan menunjukkan kepada kejahatan, sedangkan kejahatan mengantar kepada
neraka, dan sesungguhnya seseorang berkata dusta hingga ia tercatat di sisi
Allah sebagai pendusta” (HR Al Bukhari No.6094)
13. Adil Pada Semua Anak.
Adil untuk semua anak baik laki-laki maupun
perempuan harus ditunaikan oleh setiap orang tua, sebab adil adalah keteladanan
orang tuanya yang akan diwariskan pada generasi setelahnya, maka barang siapa
yang tidak adil bisa jadi rantai ini akan terus menyambung sampai keturunan
berikutnya. Perkara adil ini sangat ditekankan oleh nabi Muhammad shalallahu
alaihi wassalam, sampai-sampai beliau menyebutnya 3 kali:
Dari Nu’man bin Basyir radhiyallahuanhu,
Rasulullah shallallahualaihi wa sallam bersabda:
اعْدِلُوا بَيْنَ أَبْنَائِكُمْ ،اعْدِلُوا
بَيْنَ أَبْنَائِكُمْ ،اعْدِلُوا بَيْنَ أَبْنَائِكُمْ
“Bersikap adillah diantara anak-anakmu,
adillah diantara anak-anakmu, adillah diantara anak-anakmu” (HR. Ahmad
4/275,278,375)
14 & 15. Keteladanan dan Doa dari Orang
Tuanya.
Keteladanan sudah menjadi perkara mutlak
untuk diterapkan oleh setiap pendidik, sebagaimana Rasulullah yang menjadi
teladan bagi umatnya. Untuk itu mari membaca al-Quran sebelum menyuruh anak
membacanya, mari mengerjakan sunnah-sunnah Rasulullah, mari mengerjakan hal-hal
baik dalam Islam dan juga yang tidak kalah penting adalah berdoa kepada Allah
ta’ala:
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku
(seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh” (Qs. Ash-Shaffaat:
100)
اللهم
اجعلنا واولادنا وذريتنا من اهل العلم واهل الخيرواهل القران واهل السنة واهل
العبادة وأهل الجنة و
من أوليائك المتقين وحزبك المفلحين وعبادك
الصالحين
. ولا تجعلنا واياهم من اهل السوء واهل اضير.
وارزقنا واياهم علما نافعا. ورزقا واسعا. وخلقا حسنا. والتوفيق للطاعة. وفهم
النبيي
ن. وحفظ المرسلين. والهام الملائكة المقربين.
وافتح قلوبنا وقلوبهم فتوح العارفين. بفضلك وكرمك ورحمتك ياارحم الراحمين

ALLAHUMMAJ’ALNAA WA AULAADANAA WA DzURRIYYATANAA
MIN AHLIL ‘ILMI WA AHLIL KhOIR(I) WA AHLIL QUR-AAN(I) WA AHLIS SUNNA(TI/H) WA
AHLIL IBAADA(TI/H) WA AHLIL JANNA(TI/H), WA
MIN AULIYAA’IKAL MUTTAQIINA
WAHIZ BIKAL MUFLIHINA WA ‘IBAADIKASh ShoLIHIIN(A).
WA LAA
TAJ’ALNAA WA IYYAHUM MIN AHLIS SUU-I WA AHLIDh DhOIIR, WARZUQNAA WA IYYAAHUM
‘ILMAN NAAFI’AAN, WA RISQON WAASI’AAN, WA KhULUQON HASANAAN, WAT TAUFIIQO
LIThThOO’AATI, WA FAHMAN NABIYYIINA, WA HIFZhOL MURSALIINA, WA ILHAAMAL
MALAA-IKATIL MUQORROBIINA, WAFTA QULUUBANAA WA QULUUBAHUM FUTUUHAL ‘AARIFIINA,
BIFADhLIKA WA KAROMIKA WA ROHMATIKA YAA ARHAMAR ROOHIMIN.

Artinya : Ya Allah, jadikanlah kami, anak-anak
kami, dan keturunan keluarga kami dari golongan orang-orang yang ahli berilmu,
orang-orang ahli kebaikan, yang ahli Qur’an, yang ahli (menghidupkan) sunnah,
yang ahli ibadah, ahlil surga, dan
dari kekasih-Mu (wali-wali) yang
taqwa, dan golongan-Mu yang bahagia dan hamba-hamba-Mu yang shaleh. dan janganlah Engkau jadikan kami dan mereka itu dari
golongan orang-orang jahat dan orang-orang yang membuat kerusakan, berilah
rizqi kepada kami dan mereka ilmu yang bermanfaat, rizqi yang luas, budi
pekerti yang baik, pertolongan untuk menjalankan ketaatan, kefahaman para Nabi,
penjagaan para utusan, ilham para malaikat muqorrobin dan bukalah hati kami dan
hati mereka sebagaimana terbukanya orang-orang yang telah ma’rifat sebab
anugrah-Mu, kedermawanan-Mu dan kasih sayang-Mu, Wahai Allah Yang Maha
Penyayang dari semua penyayang.

اللهم اصلح ذريتي واهدهم إلى سبيل الرشاد
ALLAAHUMMA AShLIH DzURRIYYATII WAHDIHIM ILAA
SABIILIR-ROSyAAD(I).
Artinya : “Ya Allah, baguskanlah
keturunanku dan berilah mereka petunjuk kejalan yang benar.”.
ربنا هبلنا من ازواجنا وذريتنا قرة اعين
واجعلنا للمتقين إماما
ROBBANAA HABLANAA MIN AZWAAJINAA WA
DzURRIYYATINAA QURROTA A’YUNIN WAJ’ALNAA LIL MUTTAQIINA IMAAMA(N).
Artinya : “Ya Allah, berikanlah dari
istri-istri dan zuriat-zuriat kami orang-orang yang menjadi idaman hati di
masyarakat, dan jadikanlah kami menjadi ikutan bagi orang-orang takwa.”.
16. Menikahkan Anaknya.
Kewajiban orang tua terhadap anak yang
terakhir adalah menikahkannya, apalagi hari ini adalah zaman fitnah di mana
aurat sudah menjadi barang halal bagi pelaku maksiat. Jadi sebaiknya bagi putra
putri bapak yang sudah mampu dan tidak kuat menahan nafsu dinikahkan saja
langsung. Insyaallah bila sudah menikah mereka akan mandiri dengan sendirinya.
Allah berfirman:
“Kawinkanlah anak-anak kamu (yang belum
kawin), dan orang-orang yang sudah waktunya kawin dari hamba-hambamu yang
laki-laki maupun yang perempuan. Jika mereka itu orang-orang yang tidak mampu,
maka Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka dari anugerah-Nya.” (Qs.
An-Nur: 32)
Itulah beberapa kewajiban tanggung jawab
orangtua terhadap anaknya yang perlu di perhatikan, agar anak-anak kita menjadi
anak-anak yang sholeh dan sholehah.
(Dipetik dari berbagai sumber)
Instagram : @shulfialaydrus
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi
Telegram : @shulfialaydrus
Telegram Majelis Nuurus Sa’aadah : https://telegram.me/habibshulfialaydrus
LINE : shulfialaydrus         
Facebook : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar
Al ‘Aydrus
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau
https://www.facebook.com/groups/160814570679672/
           
Donasi atau infak atau
sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.
           
Penulis : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al
‘Aydrus, S.Kom.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *