Tentang
Adab Puasa (Kitab Bidayatul Hidayah).
آدَابُ
الصِّيَامِ
Adab
Puasa.
لاَ
يَنْبَغِيْ أَنْ تَقْتَصِرَ عَلَى صَوْمِ رَمَضَانَ فَتَتْرُكَ التِّجَارَةَ بِالنَّوَافِلِ،
وَكَسْبِ الدَّرَجَاتِ الْعَالِيَةِ فِي الْفَرَادِيْسِ، فَتَتَحَسَّرُ إِذَا نَظَرْتَ
إِلَى مَنَازِلِ الصَّائِمِيْنَ، كَمَا تَنْظُرُ إِلَى الْكَوَاكِبِ الدُّرِّيَّةِ،
وَهُمْ فِيْ أَعْلَى عِلِّيِّيْنَ
Tidak
selayaknya engkau mencukupkan diri hanya dengan berpuasa di bulan Ramadhan
saja, lalu meninggalkan perniagaan dengan amalan-amalan sunnah dan meninggalkan
usaha untuk menggapai derajat yang tinggi di surga Firdaus. Jika hal itu yang
kau lakukan maka engkau akan menyesal tatkala menyaksikan kedudukan yang
dicapai oleh orang-orang yang berpuasa, yang tampak laksana bintang-bintang
yang gemerlapan. Dan mereka berada di tempat yang tertinggi di dalam surga.
وَاْلأَيَّامُ
الْفَاضِلَةُ الَّتِيْ شَهِدَتِ اْلأَخْبَارِ بِشَرَفِهَا وَفَضْلِهَا، وَبِجَزَالَةِ
الثَّوَابِ فِيْ صِيَامِهَا: يَوْمُ عَرَفَةٍ لِغَيْرِ الْحَاجِّ، وَيَوْمُ عَاشُوْرَاءَ،
وَالْعَشْرُ اْلأَوَّلُ مِنْ ذِي الْحِجَّةِ، وَالْعَشْرُ اْلأَوَّلُ مِنَ الْمَحَرَّمِ،
وَرَجَبُ وَشَعْبَانُ
Hari-hari
utama yang disebutkan di dalam hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
tentang kemuliaan dan keutamaannya, dan siapa pun yang berpuasa di dalamnya
akan memperoleh pahala yang sangat banyak adalah
Puasa
hari Arafah (9 Dzulhijjah) bagi yang tidak sedang menunaikan haji,
Puasa
hari Asyura (10 Muharram),
Puasa
sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah,
Puasa
sepuluh hari pertama bulan Muharram, puasa bulan Rajab dan puasa bulan Sya’ban.
وَصَوْمُ
اْلأَشْهُرِ الْحُرُمِ مِنَ الْفَضَائِلِ، وَهِيَ ذُو الْقعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ
وَالْمُحَرَّمِ وَرَجَبُ، وَاحِدٌ فَرْدٌ وَثَلاَثَةٌ سَرْدٌ، وَهَذِهِ فِي السَّنَةِ
Berpuasa
di bulan-bulan haram (mulia) adalah sangat utama. Bulan-bulan haram itu adalah
Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Yang satu menyendiri sedangkan yang
lain berurutan. Hal ini berlaku dalam satu tahun.
وَأَمَّا
فِي الشَّهْرِ فَأَوَّلُ الشَّهْرِ وَأَوْسَطُهُ وَآخِرُهُ، وَاْلأَيَّامُ الْبِيْضُ،
وَهِيَ الثَّالِثَ عَشَرَ، وَالرَّابِعَ عَشَرَ، وَالْخَامِسَ عَشَرَ، وَأَمَّا فِي
اْلاُسْبُوْعِ فَيَوْمُ اْلاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيْسِ وَالْجُمُعَةِ
Ada
pun dalam setiap bulan waktu yang disunnahkan puasa adalah di awal bulan,
pertengahan, dan akhir bulan. Kemudian Ayyamul Bidh, yakni tanggal 13, 14
dan 15 pada setiap bulan (hijriyyah). Sedangkan dalam setiap minggu waktu yang
disunnahkan puasa adalah hari Senin, Kamis dan Jumat.
فَتُكَفِّرُ
ذُنُوْبَ اْلأُسْبُوْعِ بِصَوْمِ اْلإِثْنَيْنِ وَالْخَمِيْسِ وَالْجُمُعَةِ. وَذُنُوْبُ
الشَّهْرِ تُكَفَّرُ بِالْيَوْمِ اْلأَوَّلِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْيَوْمِ اْلأَوْسَطِ
وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ وَاْلأَيَّامِ الْبِيْضِ، وَتُكَفِّرُ ذُنُوْبَ السَّنَةِ بِصِيَامِ
هَذِهِ اْلأَيَّامِ وَاْلاَشْهُرِ الْمَذْكُوْرَةِ
Puasa
pada hari Senin, Kamis dan Jumat dapat menghapus dosa-dosa seminggu. Sedangkan
dosa-dosa sebulan akan terhapuskan dengan berpuasa pada awal bulan, pertengahan
bulan, akhir bulan, dan puasa pada Ayyamul Bidh. Ada pun dosa-dosa setahun akan
terhapuskan dengan berpuasa pada hari-hari dan bulan-bulan yang telah kami
sebutkan.
وَلاَ
تَظُنَّ إِذَا صُمْتَ أَنَّ الصَّوْمَ هُوَ تَرْكُ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ وَالْوِقَاعِ
فَقَطْ، فَقَدْ قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ
مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ
Hendaklah
engkau tidak menyangka bahwa yang dimaksud dengan berpuasa hanyalah sekedar
meninggalkan makan, minum dan tidak melakukan hubungan badan di siang hari.
Sungguh Rasulullah SAW telah bersabda: “Berapa banyak orang yang berpuasa,
namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasa yang ia lakukan itu, kecuali hanya
lapar dan dahaga”.
بَلْ
تَمَامُ الصَّوْمِ بِكَفِّ الْجَوَارِحِ كُلِّهَا عَمَّا يَكْرَهُ اللهُ تَعَالَى،
بَلْ يَنْبَغِيْ أَنْ تَحْفَظَ الْعَيْنَ عَنِ النَّظَرِ إِلَى الْمَكَارِهِ، وَاللِّسَانَ
عَنِ النُّطْقِ بِمَا لاَ يَعْنِيْكَ، وَاْلأُذْنَ عَنِ اْلاِسْتِمَاعِ إِلَى مَا حَرَّمَهُ
اللهُ تَعَالَى
Namun
sempurnanya puasa adalah dengan memelihara seluruh anggota badan dari segala
hal yang dibenci Allah Ta’ala. Oleh karena itu, hendaklah engkau memelihara
mata dari melihat ke arah hal-hal yang tidak disukai Allah, menjaga lisan dari mengucapkan
sesuatu yang tidak bermanfaat, menjaga telinga dari mendengarkan hal-hal yang
diharamkan Allah Ta’ala.
فَإِنَّ
الْمُسْتَمِعَ شَرِيْكُ الْقَائِلِ وَهُوَ أَحَدُ الْمُغْتَابِيْنَ، وَكَذَلِكَ تَكُفُّ
جَمِيْعَ الْجَوَارِحِ كَمَا تَكُفُّ الْبَطْنَ وَالْفَرْجَ، فَفِي الْخَبَرِ: خَمْسٌ
يُفَطِّرْنَ الصَّائِمَ: الْكَذِبُ، وَالْغِيْبَةُ، وَالنَّمِيْمَةُ، وَالْيَمِيْنُ
الْكَاذِبَةُ، وَالنَّظَرُ بِشَهْوَةٍ
Karena
orang yang mendengarkan memiliki kedudukan yang sama dengan orang yang
mengucapkan, dan dia termasuk salah seorang dari orang yang melakukan ghibah
(bila yang didengarkannya itu adalah ghibah). Demikian pula engkau harus
menjaga seluruh anggota badanmu dari segala hal yang menyebabkan dosa
sebagaimana engkau pun harus menjaga perut dan kemaluanmu dari memperturutkan
syahwat. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Lima
hal yang dapat membatalkan (pahala) puasa orang yang berpuasa, yaitu : Berdusta
(berbohong), ghibah (bergunjing), namimah (mengadu domba), bersumpah palsu, dan
melihat dengan syahwat (hawa nafsu)”.
وَقَالَ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّمَا الصَّوْمُ جُنَّةٌ، فَإِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ
صَائِمًا فَلاَ يَرْفُثْ، وَلاَ يَفْسُقْ، وَلاَ يَجْهَلْ، فَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ
أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّيْ صَائِمٌ
Dan
dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda :
“Sesungguhnya puasa itu adalah perisai. Oleh karena itu, apabila salah seorang
dari kalian sedang berpuasa hendaklah ia tidak mengucapkan kata-kata kotor,
berbuat maksiat dan berbuat kebodohan. Apabila ada orang yang mengajaknya
berkelahi atau memakinya, maka hendaklah ia berkata, ‘Sesungguhnya aku sedang
berpuasa’.
ثُمَّ
اجْتَهِدْ أَنْ تُفْطِرَ عَلَى طَعَامٍ حَلاَلٍ، وَلاَ تَسْتَكْثَرْ فَتَزِيْدَ عَلَى
مَا تَأْكُلُهُ كُلَّ لَيْلَةٍ، فَلاَ فَرْقَ إِذَا اسْتَوْفَيْتَ مَا تَعْتَادُ أَنْ
تَأْكُلَهُ دُفْعَتَيْنِ فِيْ دَفْعَةٍ وَاحِدَةٍ، وَإِنَّمَا الْمَقْصُوْدُ بِالصِّيَامِ
كَسْرُ شَهْوَتِكَ وَتَضْعِيْفُ قُوَّتِكَ لِتَقْوَى بِهَا عَلَى التَّقْوَى
Kemudian
berusahalah engkau untuk berbuka dengan makanan yang halal, dan janganlah
engkau menambah porsi makanmu melebihi yang biasa engkau makan pada setiap
malamnya. Karena jika itu yang engkau lakukan, sama saja engkau membiasakan
makan dua kali menjadi satu kali. Yakni makan satu kali namun porsinya untuk
dua kali makan. Padahal tujuan berpuasa adalah untuk menghancurkan syahwatmu
dan melemahkan kekuatanmu yang dengannya engkau akan menjadi kuat dalam
melaksanakan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
فَإِذَا
أَكَلْتَ عَشِيَّةً مَا تَدَارَكْتَ بِهِ مَا فَتَكَ ضَحْوَةً، فَلاَ فَائِدَةَ فِيْ
صَوْمِكَ، وَقَدْ ثَقُلَتْ عَلَيْكَ مَعِدَتُكَ، وَمَا وِعَاءٌ أَبْغَضُ إِلَى اللهِ
تَعَالَى مِنْ بَطْنٍ مُلِىءَ  مِنْ حَلاَلٍ،
فَكَيْفَ إِذَا مُلِىءَ مِنْ حَرَاِمٍ؟
Jika
engkau memakan di malam hari makanan apa saja yang tidak dapat kau makan di
siang hari karena berpuasa, maka tidak ada artinya puasa yang engkau lakukan
itu, dan sungguh perutmu akan menjadi berat karena kekenyangan. Padahal tidak
ada wadah yang paling dibenci Allah Ta’ala melebihi perut yang penuh
(kekenyangan) dengan makanan yang halal. Lalu, bagaimana bila perut itu penuh
(kekenyangan) dengan barang yang haram?
فَإِذَا
عَرَفْتَ مَعْنَى الصَّوْمِ فَاسْتَكْثِرْ مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتَ، فَإِنَّهُ أَسَاسُ
الْعِبَادَاتِ، وَمِفْتَاحُ الْقُرُبَاتِ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: قَالَ اللهُ تَعَالَى: كُلُّ حَسَنَةٍ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ
ضِعْفٍ إِلاَّ الصَّوْمَ، فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ
Apabila
engkau telah memahami makna puasa, maka perbanyaklah melakukannya sebatas
kemampuanmu, karena puasa adalah dasar (asas) dari ibadah dan kunci
pendekatakan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Allah subhanahu wa ta’ala berfirman : “Setiap
kebaikan akan memperoleh balasan (pahala) sepuluh hingga tujuh ratus kali
lipat, kecuali puasa. Karena puasa itu untuk-Ku, maka Akulah yang dapat
membalasnya”.
وَقَالَ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَخُلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ
أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ، يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى عَزَّ مِنْ
قَائِلٍ: إِنَّمَا يَذَرُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ وَشَرَابَهُ مِنْ أَجْلِيْ، فَالصَّوْمُ
لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada dalam
genggaman tangan-Nya, sungguh bau tidak sedap mulut orang yang sedang berpuasa
lebih wangi di sisi Allah daripada aroma minyak misik. Allah Ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya ia meninggalkan syahwatnya, makan dan minumnya karena Aku. Maka
puasa itu untukku dan Akulah yang akan membalasnya”.
وَقَالَ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لِلْجَنَّةِ بَابٌ يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ، لاَ
يَدْخُلُهُ إِلاَّ الصَّائِمُوْنَ
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda: “Di dalam Surga terdapat sebuah
pintu yang disebut Ar Rayyan. Pintu itu tidak akan dimasuki oleh siapa pun kecuali
orang-orang yang ahli berpuasa”.
فَهَذَا
الْقَدْرُ مِنْ شَرْحِ الطَّاعَاتِ يَكْفِيْكَ مِنْ بِدَايَةِ الْهِدَايَةِ، فَإِذَا
احْتَجْتَ إِلَى الزَّكَاةِ، وَالْحَجِّ، أَوْ إِلَى مَزِيْدٍ لِشَرْحِ الصَّلاَةِ
وَالصِّيَامِ، فَاطْلُبْهُ مِمَّا أَوْرَدْنَاهُ فِيْ كِتَابِنَا إِحْيَاءِ عُلُوْمِ
الدِّيْنِ
Inilah
penjelasan tentang ketaatan yang dapat kami sampaikan kepadamu dari kitab
Bidayatul Hidayah. Jika engkau membutuhkan penjelasan tentang zakat, haji, atau
ingin memperoleh penjelasan tambahan seputar shalat dan puasa, maka rujuklah
penjelasan yang telah kami sampaikan di dalam kitab kami Ihya ‘Ulumiddin.
(Kitab Bidayatul Hidayah – Al Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al Ghazali
(Imam Al Ghazali), Bab Adab Puasa, Halaman 77, Penerbit Darul Kutub Al
Islamiyyah)
Website
: http://shulfialaydrus.blogspot.co.id/ atau
https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram
: @shulfialaydrus
Instagram
Majelis Nuurus Sa’aadah : @majlisnuurussaadah
Twitter
: @shulfialaydrus dan @shulfi   
Telegram
: @habibshulfialaydrus
Telegram
Majelis Nuurus Sa’aadah : @majlisnuurussaadah
Facebook
: https://www.facebook.com/habibshulfialaydrus/
Group
Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau
https://www.facebook.com/groups/160814570679672/
Donasi
atau infak atau sedekah.
Bank
BRI Cab. JKT Joglo.
Atas
Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek
: 0396-01-011361-50-5.
Penulis dan penterjemah : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.
محمد
سلفى بن أبو نوار العيدروس

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *